KBAI di minta untuk mendampingi Ibu Yanti Airlangga dalam aksi sosial Perempuan Golkar Peduli, setelah sebelumnya acara menggalang dana untuk Insiden Kanjuruhan.
Kunjungan kepedulian kali ini, untuk Takziyah kepada keluarga almarhum Dicka Shafa Ghifari (13th) dan almarhum Dendys Al Latif (13th) yang merupakan korban rubuhnya tembok panggung sekolah, akibat luapan banjir yang menerjang sekolah MTS N 19 Pondok Labu Jakarta Selatan. Musibah tersebut menyebabkan 3 siswa meninggal dan 2 siswa luka luka akibat tertimbun material tembok.
Begitupun situasi siswa yang ketakutan akan luapan banjir, dan beberapa guru yang terjebak dalam ruangan, karena berlimpahnya air dan memecahkan kaca ruang guru. Yang akhirnya membawa situasi panik, menangis, dan saling meminta pertolongan untuk bisa segera keluar sekolah.
Memang Kamis itu (6/10) seharian jakarta di rudung mendung dan hujan. Begitupun anak anak di MTS N 19 Pondok Labu Jakarta Selatan yang antusias bermain di bawah air hujan. Namun tidak pernah menyangka, bahwa hari itu banjir yang biasanya masuk sekolah, hari ini meluap dan merobohkan tembok sekolah, sehingga menimpa 5 siswa yang sedang berada di depannya.
Mendengar kondisi memprihatinkan tersebut. Ibu Yanti Airlangga, Ibu Nurul Arifin dan Ibu Nita Azis bersama Perempuan Golkar Peduli menuju rumah korban Salah satunya Ibu Holilah, yang menjadi orang tua tunggal bagi anaknya.
Ibu Yanti Airlangga menyampaikan kehadirannya untuk saling berbagi rasa, saling mendengar dan saling menguatkan. Dari perempuan untuk perempuan. Saya kira dengan masuknya musim hujan, dan perubahan iklim. Semua masyarakat harus menghidupkan lagi kewaspadaan dengan memeriksa kembali kondisi rumah, sekolah dan lingkungan.
Tentu untuk Ibu Holilah yang telah kehilangan anaknya, ia harus tetap melanjutkan perjuangan untuk anak lainnya, karena masih memiliki anak umur 16 tahun.
Untuk itu kami datang dan mengajak gerakan kepedulian semua perempuan untuk perempuan, agar Ibu Holilah, tidak sendirian, dan tetap dapat melanjutkan perjuangan membesarkan anaknya, tutupnya.
Tentu tidak ada ibu yang ingin kehilangan anak secara mendadak. Tentu langsung terkejut, shock, menjadi duka yang teramat dalam dan sedih tanpa ujung. Sehingga sangat penting kehadiran orang orang yang peduli dan mendukung, terutama mendampingi secara jangka panjang. Karena situasi yang bisa mengingatkan kembali.
Untuk diketahui, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial 2022 menyampaikan, masih ada 4 juta anak mengalami kehilangan orang tua, baik dengan status yatim atau status piatu. Yang diantaranya 950 ribu kehilangan keduanya atau yatim piatu.
Kementerian dan Lembaga terkait mendorong orang tua terpanggil untuk menjadi keluarga asuh, keluarga sedarah (kindship care), keluarga pengganti (foster care), sedangkan di lembaga adalah pilihan terakhir keluarga (last resort),
Karena diyakini anak yang kehilangan keluarga, tidak menginginkan yang lain, selain hidup kembali dalam pengasuhan keluarga, serta memiliki rencana pengasuhan jangka panjang.
Untuk itu Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2017 tentang Pengasuhan Anak menyampaikan akan mendukung orang tua yang siap mengasuh, dengan mengawali mendaftarkan diri ke Dinas Sosial untuk melakukan serangkaian cek dan persyaratan. Agar mereka yang berniat baik mengasuh, mendapatkan dukungan. Dengan catatan penting, tidak semua lembaga asuhan bisa melakukannya, karena pemerintah telah menunjuk lembaga tersebut.
Dukungan yang bisa diberikan adalah bantuan integratif, bantuan esensial, pendampingan pekerja sosial dan pendampingan lintas profesi yang dibutuhkan. Agar orang tua mampu dan memahami kondisi anak. Sehingga dapat merencakan lebih panjang.
Hanya belum banyak yang mau mendaftar menjadi keluarga pengganti (Foster Care). Padahal ketika anak kehilangan orang tua mendadak, seperti di lokasi bencana, tragedi kanjuruhan, musibah rubuh panggung tembok sekolah, dan peristiwa yang menyebabkan anak anak kehilangan pengasuhan keluarga, butuh penanganan cepat..