Kompilasi Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengungkap meningkatnya angka penculikan anak. Pada tahun 2021 ada 15 penculikan dan 2022 ada 28 penculikan. Sedangkan di di 2023 selama 2 bulan ini, tidak ada putusnya informasi tentang penculikan anak. meski setelah di susuri Kepolisian tidak semuanya benar.
Peristiwa penculikan anak adalah bukan peristiwa tunggal, karena dari laporan Kepolisian di Makassar misalnya 2 orang anak yang membunuh anak di latar belakangi motivasi cepat kaya dengan menjual organ. Tantangan cepat kaya ini di peroleh dari orang tuanya, yang akhirnya menyusuri cara singkat dengan mengakses website penjualan organ. Artinya ada pertemuan jasa, mulai menculik, membeli dan menjual. Artinya setiap penculikan dipastikan ada motivasi ekonomi, keuntungan sepihak.
Pertanyaannya sekarang, siapakah orang tua yang mampu mengawasi anak 24 jam, siapa orang tua yang mampu merawat anak 24 jam, siapa orang tua yang mampu memenuhi kebutuhan anaknya 24 jam, siapa orang tua yang mampu menjawab permasalahan anak selama 24 jam, siapa yang bisa menjamin secara 26 jam mata ini melek mengawasi anak kita. Inilah sumber kelalaian penculikan, yang tidak mungkin diperankan sendirian. Karena ada keterbatasan dari setiap orang tua.
Lalu siapa yang bisa menjawab? Tentu kalau boleh bersepakat untuk tidak sepakat, adalah setiap orang dewasa punya peran penting mengasuh anak bersama sama. Sebesar apapun dan sekecil apapun perannya, sangat dinantikan. Karena kita tidak bisa melindungi anak sendirian.
Meski ada yang menyampaikan, anakku sangat terlindungi, tetapi ketika anak menyentuh dunia digital baik game, gadget, komputer, media sosial, siapa yang bisa menjamin anak tidak berkomunikasi di luar pengetahuan kita. Begitupun saat anak tidak di depan mata kita, orang tua kelelahan, apalagi bila anak mereka punya kebutuhan khusus, karena sedang dalam masalah, stress, problem kejiwaan, disabilitas, konflik keluarga. Semuanya menjadi potensi anak di culik.
Siapa yang bisa menjawab anak kita tidak akan mengalami penculikan? Tentu kita sendiri dengan mengurangi ancaman disekitar anak, mengurangi kekhawatiran orang tua di tempat anak bermain, berkumpul.
Tapi kalau itu semua sudah kita lakukan, tetapi anak kita masih tetap mengalami penculikan. Berarti kita harus duduk bersama, bekerjasama, mengajak semua pihak, untuk bergantian, berbagi peran, karena kita tidak bisa sendiri dalam menjawab permasalahan anak, butuh lintas profesi, lintas ilmu, lintas fasilitas, lintas dukungan, butuh teman.