Sejak masa pandemi covid 19 berlangsung, isu kemandirian finansial dan kedaulatan ekonomi keluarga menjadi isu penting di setiap keluarga. Kekhawatiran menurunnya daya tahan ekonomi hampir dirasakan semua keluarga. Berharap ada stimulan dalam membangun daya tahan ekonomi, karena kondisi yang belum stabil ini.
Kondisi tersebut juga dihadapi kelompok yang setiap hari bergelut dengan hambatan dalam kehidupannya, yaitu penyandang disabilitas. Untuk itu perlu solusi yang diharapkan dapat memberi penopang sementara, sampai kondisi pandemi ini dapat memberi kepastian hidup, diantaranya memperpanjang daya tahan ekonomi dengan usaha yang ada, agar tetap bisa berjalan dan modal tetap berputar. Demikian dijelaskan Dedi Warman Koordinator Program Gerakan Ekonomi Inklusif Muhammadiyah.
Program Gerakan Ekonomi Inklusif ini dalam pelaksanaan dan penerima manfaatnya melibatkan banyak pihak, mulai Majelis Pemberdayaan Masyarakat, Majelis Pelayanan Sosial, LAZISMU, Amal Usaha Sosial Aisyiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah, lembaga Pusat Studi Disabilitas dan Kemanusiaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan 55 penyandang disabilitas.
Dari 55 penyandang disabilitas yang mendapatkan program, ada 5 anak dan 5 remaja tuna rungu, mereka berada di SLB Aisyiyah Singaparna dan Panti Tumpuan Kasih Aisyiyah Tasikmalaya. Dalam zoom pelatihan kewirausahaan penyandang disabilitas yang diselenggarakan Majelis Pemberdayaan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Diana Tri Utami pendampingnya menyampaikan bantuan tahap pertama yang diberikan Muhammadiyah digunakannya untuk perawatan mesin jahit dan menambah mesin obras. Biasa adik adik dan kakaknya saling bekerjasama disini, mereka belajar dari aktifitas kakak kakaknya.
Selepas kunjungan tim asessment ke tempat mereka. Kami menyampaikan masalah pemasaran. Meski ada pesanan yang rutin, tapi ingin mengembangkan. Kemarin kami disarankan tim Muhammadiyah menawarkan pengganti plastik sekaligus mengkampanyekan kemasan ramah lingkungan berupa tas daur ulang. Alhamdulillah, ternyata di respon toko musik yang berada di pasar, dan anak anak begitu senang mendapat orderan goodybag, yang contohnya sudah kami kirimkan ke tim Muhammadiyah.
Begitupun Panti Tuna Netra Terpadu Aisyiyah Ponorogo. Adalah Rachel 17 tahun yang menyampaikan di tengah pelatihan kewirausahaan (7/3) menyampaikan bantuan tahap pertama sudah dibelikan benih, pupuk dan memperbaiki kolam yang rusak, katanya. Ikan dan sayur untuk dikonsumsi sendiri, sedangkan untuk teman teman yang tuna netra melengkapi peralatan di griya pijat.
Sebelumnya Peneliti Jaringan Difabel Indonesia Joni Yulianto merilis hasil survei 1.683 responden penyandang disabilitas 216 kab/kota di 32 propinsi selama April 2020. Yang menyatakan 1.447 Difabel atau 86 persen dari pekerja sektor informal menghadapi dampak ekonomi yang sangat serius selama wabah korona terjadi.
Ilma Sovri Yanti Konsultan Gerakan Ekonomi Inklusif Muhammadiyah menyampaikan kehadiran Undang Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dalam pemenuhan, penghormatan dan perlindungan hak hak penyandang disabilitas dalam penanggulangan wabah Covid 19 harus tetap diperhatikan. Karena dalam pencegahan penularan Covid 19, mereka harus diberi akses kemandirian, agar bisa melakukan 3M. Seperti menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker. Bayangkan bila itu tidak bisa diakses, maka tidak ada pilihan lain dengan diberi akses oleh orang terdekat. Yang tentu ini memberi dampak ke segala bidang, termasuk akses ekonomi.
Untuk ini diharapkan program ini, mampu menghidupkan kembali, dengan memulai kemandirian financial yang dibangun melalui kewirausahaan sosial, agar terpenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Stimulan ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik baiknya. 55 penyandang disabilitas yang mendapatkan program, juga akan mendapatkan hak pendampingan. Sebanyak 8 orang pendamping akan bekerja di area wilayah Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Serang, Bandung, Yogyakarta, Klaten, Tasikmalaya, Ponorogo, Padang dan Bireun Banda Aceh.
Selama ini bantuan subsidi dari pemerintah hanya 35,4%. Rendahnya keikutsertaan Dan keterlibatan penyandang disabilitas sebagai penerima bantuan sosial menunjukan kondisi keluarga dan penyandang disabilitas membutuhkan perhatian serius dalam pemulihannya. Untuk itu dengan bersinergi bersama Muhammadiyah kita yakin bisa mewujudkannya, tutup ilma.
Begitupun Konsultan Program Gerakan Ekonomi Inklusif Muhammadiyah Fajri Hidayatullah yang juga seorang tuna netra menegaskan perekonomian inklusif perlu dibangun dan diberdayakan untuk kemandirian para penyandang disabilitas. Untuk itu penting pendampingan bagi para wirausahawan Disabilitas agar tidak ada lagi hambatan yang sifatnya teknis dan para wirausahawan cepat naik kelas menuju kesejahteraan.
Hadir sebagai mentor dalam pelatihan kewirausahaan penyandang disabilitas tahap pertama Bachtiar Kurniawan Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat. Situasi problematis sering dihadapi disabilitas dan para penyerap tenaga kerja disabilitas. Karena seringkali di persepsikan masyarakat yang kurang produktif, sehingga harus disantuni dan ditolong. Sedangkan prinsip Muhammadiyah, kami menfasilitasi kelompok masyarakat apapun latar belakangnya, agar mampu menolong diri sendiri. Artinya akses untuk kemandirian harus didahulukan. Untuk itulah program Gerakan Ekonomi Inklusif ini diadakan.
Allah bepesan kepada kita tidak akan memberi beban diluar kapasitas diri kita, jadi siapapun kita akan menghadapi problema ujian apapun bentuknya itu, dan sebenarnya kita mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi, Untuk itu sebagai orang beriman harusnya kita mampu menggerus pandangan seperti itu kepada saudara saudara kita para penyandang disabilitas.
Dalam sharing pengalamannya bersama teman teman disabilitas dalam membangun usaha yang inklusif, Bachtiar menemukan usaha berkelompok yang dirasanya lebih efektif dan efesien, membuat akses perbankan sendiri dengan mendirikan Bank Difable. Senada dengan itu, Arni Suwanti dari MPM menambahkan dalam pendampingannya, MPM juga bekerjasama dengan sumber daya kampus mahasiswa Muhammadiyah, dengan menugaskan KKN secara periodik di rumah para penyandang disabilitas.