Home Visit KBAI. Menjangkau yang tidak terjangkau.

Kisah Ben Cerebral Palsy dan Hidrosefalus .

Seorang perempuan muda tak mengira kalau sedang kondisi hamil selama ini. Dia tetap bekerja seperti biasanya.  Baru sadar ketika perutnya makin besar dan ada yang bergerak didalam perutnya. Akhirnya sang suami menemannyai ke dokter kandungan dan ternyata usia kehamilan sudah memasuki usia 6 bulan. Pasangan ini terkejut dan serasa tak percaya.

Dokter menjelaskan kondisi janin yang dianggap tidak normal meskipun sehat, dan diminta untuk kontrol 2 minggu sekali. Sayangnya saat USG pertama di bulan ke-6 tak tampak masalah dan usia kehamilan 8 bulan dokter kabarkan cerebral palsy. Keterbatasan pengetahuan saat itu, mereka memilih untuk melahirkan dengan normal.

Tibalah masa waktu kelahiran, seorang bayi laki-laki putra ketiga pasangan ini lahir dengan sudah menunjukan tanda membawa kondisi keterbatasan ganda. Pasangan ini pun menerima ikhlas kehadiran putra ketiganya. Sementara kedua anaknya yang lain pun masih membutuhkan perhatian ekstra.

Kini anak ketiganya berusia 3 tahun. Selama itu pula sudah 8 kali menjalani ragam operasi. Karena kondisi yang tak faham dengan cerabral palsy dan hidrosefalus, pasangan muda ini bergabung dengan komunitas serebral palsy. Orang tuanya merawat dengan penuh kasih. Karena kondisi tak selalu ada, membuat putra ketiga ini menerima perawatan, pengobatan dan mendapatkan nutrisi seadanya. Sempat mengalami gizi buruk sementara susu rekomendasi dokter tak selalu bisa dibeli.

Saat kunjungan tim KBAI kerumah Tyas untuk melihat kondisi putra ketiganya, disambut ramah dan terbuka. Kami diajak masuk kedalam kamar yang tidak terlalu luas, terlihat Ben terbaring menghadap langit-langit kamar. Sementara dua kakaknya bermain disekitarnya. Lalu Tyas menggendong Ben setengah duduk bersandar di badannya dan menghadap kearah kami. Terliat Ben tak ada ekspresi selain menggerakkan kaki dan tangannya serta dada yang terlihat turun naik disertai sesekali batuk. Kami mengantarkan titipan sahabat KBAI berupa susu dan pempers juga goodybag dari Lazismu. Dengan mata berkaca Tyas tertunduk menerima bingkisan tersebut. Dia pun menyampaikan kondisi saat ini sulit untuk dapat memenuhi nutrisi dan terapi untuk Ben.

Masa pandemi covid 19, Ben tidak menjalani terapi di RS rujukan, sehingga terapi dilakukan dengan biaya mandiri di RS swasta yang jaraknya cukup jauh dan rentan jika harus membawa Ben keluar rumah dalam kondisi covid 19.

Tyas juga bercerita tentang pengajuan bantuan kursi roda kepada salah satu lembaga. Sudah 4 bulan belum ada kabarnya. Pengakuan Tyas kursi roda atau pun stroller sangat dibutuhkan untuk membawa Ben kontrol ke RS, terapi, duduk berjemur sinar matahari mau pun sekedar jalan-jalan. Tyas pun menyampaikan harapan agar dapat dibantu untuk mengurus kartu disabilitas.

Mendengar kebutuhan yang disampaikan, kami mencoba menghubungi jaringan terkait. Semoga ada perkembangan yang baik sehingga Ben dapat lebih baik lagi mendapat dukungan kondisi sekitar dan dapat mengikuti terapi mandiri untuk membantu koreksi tubuhnya terpantau kembali. (ISY-KBAI)

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *