Inisiatif Global 100 Juta Pembelajar Ajak Dunia Bangkit Dari Pandemi

Inisiatif Global 100 Juta Pembelajar Francis dan Dionne Najafi, Thunderbird akan menawarkan sertifikat manajemen dan kewirausahaan global online yang terakreditasi, yang terdiri dari lima kursus kelas dunia dalam 40 bahasa berbeda untuk pembelajar di seluruh dunia. (Sanjeev Khagram dari Dean of Thunderbird School of Global Management – Arizona State University)

Data Susenas 2019 menyampaikan ada 4,3 juta anak tidak sekolah. Dengan sebab akibat bully dan ada persoalan atau kasus yang menyebabkan anak tidak mau kembali sekolah. (Fauzi – Kemendikbudristek)

Sudah 30 tahun kami tidak banyak melihat kemajuan dari UMKM, tetapi 3 kali krisis UMKM lah penyelamat krisis ekonomi (Raden Teddy – KADIN Indonesia)

Anak anak yang belum bisa menghargai dirinya sendiri, belum merasa dicintai, belum merasakan berada di lingkungan yang wajar, maka dia akan sulit masuk ke dunia pendidikan (Gregorius Gregorius Hadiyanto Nitihardjo National Director SOS Children’s Villages Indonesia)

Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, namun masih banyak anak Indonesia yang dengan alasan apapun berada dalam keadaan rentan sehingga belum dapat mengakses Pendidikan. (Amich Alhumami Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan Bappenas)

Program ini tidak bisa berdiri sendiri, makanya kami mengundang teman teman semua, atas fasilitas dari Kementerian Bappenas, untuk bersama sama mensukseskan program 100 juta Pembelajar (Yully Purwono – Thunder Bird)

Gerakan Kudu Sekolah di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah berhasil mengatasi kesenjangan akses layanan pendidikan untuk anak, dengan terbitnya 3 regulasi (Yullian Akbar – Sekda Pekalongan) 

Hari ini (7/6) Bappenas mengundang mitra pembangunan, sahabat pembangunan, inisiatif pembangunan dan filantrophy pada acara Webinar Peningkatan Pendidikan Berkualitas Melalui Pendidikan Masyarakat. (07/06) yang menghadirkan Sanjeev Khagram dari Dean of Thunderbird School of Global Management – Arizona State University, Amich Alhumami Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan Bappenas, Raden Teddy KADIN Indonesia, Gregorius Hadiyanto Nitihardjo National Director SOS Children’s Villages Indonesia, Yully Purwono Thunderbird, Yulian Akbar Sekda Pekalongan Jawa Tengah dan Fauzi Eko Pranyono Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbudristek, dengan moderator Sularsono Bappenas.

Situasi pandemi telah membawa anak anak ketertinggalan belajar dan resiko putus sekolah, tentu jika tidak di cegah dan pembelajaran tidak segera beradaptasi, maka akan berdampak panjang. Seperti keprihatinan Kemendikbudristek tentang 2 isu besar keterputusan sekolah, yaitu bullying dan permasalahan yang membuat anak enggan kembali sekolah.

Bagi KBAI, situasi ini menyebabkan anak anak terlempar dari lingkungannya, bisa dari keluarga, sekolah maupun lingkungan.

Hal inilah yang di potret lebih jauh oleh Hadiyantio, bahwa anak anak yang kehilangan rasa kasih sayang, kehilangan rasa aman, kehilangan rasa di hargai, kehilangan kepercayaan diri sangat rentan terlepas dari pengasuhan orang tua.

Mengalami situasi sulit tidak berharga, terbuang, tidak punya harga diri, mental yang tidak kuat, kesepian mendalam, merasa ditolak dari apa yang dialami, dia merasa didunia ini tidak ada yang menyanyanginya, sehingga takut, tidak aman, dan bisa mengarah ke menyakiti diri sendiri atau dendam, sehinga menghambat pertumbuhan yang stabil dan seimbang untuk pertumbuhan anak.

Oleh sebab itu dalam kondisi seperti ini, banyak perilaku yang bermasalah, yang muncul agresif, menarik diri, apalagi anak korban kekerasan verbal, fisik, psikologis, seksual. Mereka sering menarik diri, sekolah bolos, mengganggu teman, sampai melakukan tindakan mencuri, pelecehan seksual dan perilaku problematik yang ditampilkan anak anak, maka perlu penanganan yang tepat, agar siap masuk ke generasi pembelajar.

Bahwa ketika kita benar benar ingin mencapai SDG;s no one left behind, dengan peluang yang disampaikan Bappenas, minimnya pengusaha yang disampaikan KADIN, anak anak mengalami jauh dari kasih sayang dari penyampaian Pak Hadi, kekhawatiran Kemendikbudristek dengan tingginya angka putus sekolah, menandakan pentingnya ada upaya lain, diluar yang berlangsung selama ini, agar ada kolaborasi, percetapan menjemput situasi bersama, mengatasi gap nya bersama sama, menghentikan dampak yang lebih panjang dari pandemi, maka program thunder bird 100 juta generasi pembelajar menjadi program yang sangat strategis dan penting segera di siapkan. Demi menjembatani kepentingan revolusi industri 4.0 yang menempatkan teknologi digital sebagai dukungan penuh dalam menuju SDG’s point 4, point 5 dan point 17 di Indonesia.

Bappenas ingin Pandemi COVID 19 memberikan pembelajaran bagi hidup dan kehidupan, demikian juga bidang Pendidikan sehingga memaksa setiap kita berubah dan mengikuti skenario agar tetap memberikan kontribusi terbaik dengan melibatkan teknologi dalam semua pembelajaran untuk semua.

Salah satu dampak besar dari manusia terdidik adalah perilaku ekonomi, yang menjadi tolak ukur produktifitas bangsa, dalam mengentaskan berbagai permasalahan, Raden Teddy menegaskan UMKM menjadi penopang dalam setiap krisis ekonomi. Produktifitas terbesar ekonomi kita di UMKM adalah bidang pertanian dan perkebunan, namun  masih minim inovasi.

30 tahun kami lihat tidak banyak kemajuan kepada UMKM, hal ini karena tidak adanya keberlangsungan dan berkelanjutan, kami lihat tidak banyak kemajuan, tetapi selalu UMKM menjadi penyelamat krisis ekonomi.

Hal ini menyebabkan hasil survey menyatakan Indonesia hanya memiliki 0,01 persen usaha besar. Tentu dengan target pasar Indonesia yang sangat besar sangat disayangkan. Sehingga perlu UMKM kita segera naik kelas, tegas Teddy.

Pemerintah Daerah Kab. Pekalongan sebagai salah satu daerah yang memiliki inisiasi percepatan pencegahan Anak Tidak Sekolah memiliki beberapa praktik baik untuk kelompok rentan yang sulit mengkases Pendidikan yaitu pembangunan berbasis data yang dimulai dengan kolaborasi Bersama KOMPAK untuk penggunaan aplikasi Kudu Sekolah sebagai dukungan kontribusi pencapaian Wajib Belajar 12 tahun.

Pendidikan menjadi prioritas Kab. Pekalongan untuk memastikan no one left behind sehingga anak dapat mengakses Pendidikan Berkualitas. Pembangunan berbasis data akan membantu penyelenggaraan pembangunan tepat sasaran sesuai dengan RPJMD Prioritas daerah, sehingga ketuntasan dalam pembangunan Pendidikan dapat tercapai.

Kesempatan Gerakan 100 Juta Pembelajar memberikan kesempatan bagi kelompok rentan diatas untuk dapat meningkatkan kompetensi dan mengakses Pendidikan dan pelatihan dengan sertifikasi global. Sehingga diharapkan kontribusi program ini memberikan kesempatan Pendidikan berkualitas bagi anak dan pemuda, dan peningkatan kompetensi diri dalam mengambil peluang kerja lebih baik, serta pemerataan akses Pendidikan dan pelatihan bagi semua.

Bappenas berharap melalui Gerakan 100 juta Pembelajar diharapkan terjadi kolaborasi untuk memberikan kesempatan terbaik bagi generasi muda sebagai agen inovasi yang dapat memberikan kontribusi penting dan signifikan untuk menerapkan konsep-konsep
pembangunan berkelanjutan yang aplikatif, sehingga menghasilkan Sumber Daya Unggul sebagai tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan.

Yth. Ibu/Bapak materi dapat diunduh melalui:

Saksikan siaran ulangnya Webinar ini di
https://www.facebook.com/Thunderbird.Indonesia

Ayok daftar dan kunjungi https://thunderbird-indonesia.id/

 

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *