Home / KBAI Reportase / Amanda diantara 213 Penerima Manfaat

Amanda diantara 213 Penerima Manfaat

Umurnya baru 23 tahun, namun kiprahnya dalam dunia sosial bisa dikatakan lahir sejak SD. Mempunyai latar belakang keluarga yang memiliki konsen terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial, menyebabkan Amanda terbentuk dengan kepedulian yang tinggi, atas permasalahan di sekitarnya.

Umumnya seorang remaja masih disibukkan dengan kehidupan pribadi dan kesukaannya. Namun seorang Amanda memilih hadir untuk 213 orang, dengan berjuang bersama keluarga, mewujudkan mimpi mimpi mereka.

Mulai anak yatim, lansia, mereka yang membutuhkan pendidikan, pemberdayaan ekonomi, sarana belajar dan bimbingan keagamaan. Yang sekarang berdiri menjadi 9 ragam unit layanan, berdiri di tanah seluas 2,5 hektar di Jalan Sambiroto Raya Nomor 12 Semarang.

Kalau dulu, apa apa yang handle Bapak, setelah terjun langsung, ada saja tantangannya. Saya lebih berani berani mengambil sikap dalam mengatasi persoalan. Awalnya seperti beban, namun dengan menjalaninya, saya menjadi lebih dewasa. Itu semua jadi spirit untuk meyakinkan saya untuk terus melangkah.

Kalau boleh menyadur cerita Amanda pada kami, ia adalah anak yang berani mengambil pilihan, untuk mengambil peran dan tanggung jawab besar yang tak harus dipikulnya. Namun baginya hidup adalah pilihan, lambat laun keluarga juga akan menyerahkannya. Dan ia memilih menyelami dunia sociopreneurship yang sedang ia kembangkan.

Ia melanjutkan, Apa yang ia alami ketika bersentuhan dengan anak, yang beragam dan memiliki masalah masing masing. Ternyata saya, harus meresponnya dengan menahan diri, memahami kembali latar belakang mereka, kenapa berada disini.

Dan saya menemukan solusi efektif, dengan konsisten menjadi figur dan contoh baik mereka. Saya tidak terlalu terkonsentrasi pada masalah yang mereka timbulkan, tapi lebih menanamkan kepercayaan diri, bahwa mereka bisa seperti saya.

Pernah saya menuntut mereka, namun akhirnya saya sadar, mereka bukan saya, mereka punya sejarah hidup, dari situlah saya berusaha menghargai mereka, dan ternyata itu memudahkan mereka untuk bangkit.

Tapi memang effortnya besar, mengingatkan anak anak dengan berlatar belakang yang beragam ini. Untuk itu harus mengajak mereka selalu semangat dan meyakinkan bahwa mereka bisa. Karena itu modal besar mereka bangkit, dengan meyakinkan terus menerus, meski patah, kita ingatkan lagi, bahwa kamu bisa dan ada contohnya yang sukses. Sehingga mereka mencoba terus bangkit.

Ia mengingat dulu pernah dimarahi Bapak, karena nilainya yang lebih rendah dari anak anak. Bapaknya menjelaskan kamu harus jadi contoh buat mereka, nilai kamu harus lebih baik. Bagaimana kamu bisa menjadi contoh buat mereka, jika nilaimu seperti ini.

Itu menjadi pemicu dan kenangan yang baik, dari apa yang diajarkan Bapak sampai sekarang. Dan sekarang saya merasakan manfaatnya dan menjadi lebih mudah menjalaninya, dengan berusaha menjadi figur yang baik untuk mereka.

Itulah yang menyebabkan sampai sekarang saya selalu mengajak anak anak berfikir besar dan yakin dengan masa depan dan impiannya. Saya akan menjadi kakakmu, ibumu, sahabatmu untuk mewujudkannya, jelas Amanda.

Saya mengalami menghadapi anak yang sulit, namun saya berfikir ulang, jika mengembalikan mereka, harus ada proses persiapannya dan memantau resiko yang mungkin besar dihadapi anak anak, akhirnya saya terus sabar dan bina, meyakinkan diri untuk mengambil porsi yang besar untuk penanganan mereka. Dan ternyata setelah ia tumbuh dan berkembang, lambat laun anak anak itu menjadi anak yang membanggakan, katanya haru.

Nggak menyangka, kalau dulu main bareng, ngaji bareng, sekolah bareng, sekarang menjadi pendidik dan pembina buat mereka, tutup Amanda.

Untuk diketahui cikal bakal Ar Rodiyah sebagai motivasi pengentas masalah sosial dimasyarakat sudah dimulai ayahnya, Kyai Ahmad Suhari sejak 1983. Kini Panti Ar Rodiyah memiliki 9 jenis usaha sebagai media program untuk membangun socioprenuership di masyarakat. Terletak di jalan Kyai Muhammad Rifai, Jalan Sambiroto Raya No 12 Kota Semarang Jawa Tengah.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *