Home / KBAI Reportase / Meski TIdak Mudah, KPAI Minta Partisipasi Tetap Dihidupkan Dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Jasra Putra Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak

Meski TIdak Mudah, KPAI Minta Partisipasi Tetap Dihidupkan Dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Tidak semua peserta didik dapat mengakses internet, hal tersebut disebabkan sarana infrastruktur komunikasi yang belum merata khususnya di wilayah timur Indonesia, pembelajaran dengan akses audio dan video yang membutuhkan kuota besar, sinyal yang tidak stabil sehingga setiap saat siap terputus. Hal tersebut sangat mengganggu mengurani bisnis proses pembelajaran. Namun karena situasi, ini semua memaksa kita terbiasa, demikian penjelasan Jasra Putra saat menjawab peserta diskusi Nancy Friska bahwa signal di daerah sering putus. Memang ini situasi tidak ideal untuk sebuah proses belajar, artinya proses tatap muka harus tetap ada, hanya polanya yang baru dengan protocol kesehatan harus kita mulai.

Untuk itu kurikulum pembelajaran harus dipersingkat, karena survey KPAI kepada 1700 siswa menjelaskan keluhan pembelajaran jarak jauh yang sangat mengurangi partisipasi mereka, baik bertanya, maupun aspek kognitif mereka. Akhirnya dari pembelajaran online saja kita bisa menilai ketika anak anak sudah tidak fokus, artinya disana ada proses pemahaman yang terputus. Sehingga menimbulkan kebosanan. Metode PJJ yang dominan berlangsung satu arah dan berujung kepada tugas tugas juga melengkapi tingkat kebosanan anak. Belum lagi kalau bicara orang tua yang diminta menjelaskan dan menjadi guru semua mata pelajaran. Tentu saja bisa mengarah kepada kekerasan, tekanan mental untuk anak. Bisa jadi anak anak juga merasa horror dengan pembelajaran orang tua akibat peran domestic yang bebannya meningkat.

Didalam tatap muka kelas saja, tidak mudah anak diajak bertanya. Karena dalam partisipasi anak ‘bertanya itu ada metodenya’, agar anak bisa menyampaikan pendapat. Ketika terputus dan tidak paham saja, maka anak akan beralih fokusnya dan tidak bisa mengikuti. Memang tantangan para pengajar adalah mendekatkan realita yang sekarang ada dialami peserta didik. Sehingga penting pembelajaran mengkaitkan dengan kesadaran lingkungan, kearifan lokal, dan factor resiko di era pandemic. Dan itu menjadi keadaran yang harus terus dibangun dan terus menerus. Agar anak memiliki kapastias memasuki era new normal pembelajaran.

Hal tersebut disampaikan Jasra pada diskusi Pewarna (21/7) atau Persatuan Wartawan Nasrani dengan tema Hak Hidup, Hak Sehat dan Hak Pendidikan dengan menghadirkan 4 narasumber yaitu Hilmar Farid Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Abetnego Tarigan Deputi KSP Bidang Pembangunan Manusia, Jasra Putra Komisioner KPAI dan Donna Sampaleng Dosen STT IKAT.

Check Also

Industri Candu Lumpuhkan Perlindungan Anak Indonesia

Berbagai cara pemerintah dan masyarakat dalam melapisi dan menjauhkan ancaman dari anak anak Indonesia terus …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *