Home / KBAI Reportase / Ananda Z 6th Meninggal: Terdengarkah Suaraku?

Ananda Z 6th Meninggal: Terdengarkah Suaraku?

Sebelumnya KBAI mengucapkan belasungkawa sedalam dalamnya atas meninggalnya Ananda Z. Kisah meninggalnya Ananda, bila diceritakan berulang ulang mungkin hanya akan mendatangkan kesedihan dan kepiluan kita semua. Apalagi meninggalnya Ananda ditengah proses perceraian orang tua. Konflik orang tua yang berujung kematian anak. Siapa yang bertanggung jawab?

KBAI menulis judul diatas, agar hingar bingar penyebab kasus ini, tetap memperhatikan suara anak. Seperti diketahui sebelum Ananda meninggal, sedang ada proses mediasi perebutan kuasa asuh anak. Orang tuanya sedang bertemu banyak para pihak untuk intervensi kasusnya. Namun sekarang kita semua hanya bisa menyesali dengan meninggalnya Ananda, Mengapa dalam menangani kasus ortu berkonflik ini (kita bergumam), kenapa tidak seperti ini dan seperti itu, agar Ananda tidak meninggal?

Sebut saja mereka dalam proses perceraian, berarti ada Lembaga yang menangani. Kemudian pengacara juga mendampingi, lembaga anak juga mendampingi, pihak terdekat seperti keluarga dan pihak ke tiga yang menjadi bagian dari proses perceraian juga tentu menangani dan masyarakat (kita) yang membacanya dari media, entertainment tentu juga menjadi perhatian. Maklum saja orang tua Z adalah public figure. Dan sebelum Z meninggal, berita konflik dan perceraian beredar luas di media. Lalu siapa yang paling bersalah?

Tentu semua itu untuk tidak saling dibenturkan, tapi disadari. Ada miss (kecolongan) bersama dalam proses penanganan dan rujukan kasus ini, dimana ada seorang anak yang tidak bisa membela dirinya sendiri dan terancam kehidupannya. Bagaimana regulasi kebijakan perlindungan anak melihat kasus ini?

Kita terbayang, setiap kedua orang tuanya berbicara dengan para pihak tentang kasusnya, yang terlontar adalah mereka minta diselamatkan harta benda, meminta anak, memperebutkan anak, dan minta anak diselamatkan. Di saat yang sama anak anaknya tidak selamat. Salah siapa?

Artinya sebagai orang tua dituntut terus belajar. Bila sibuk berkonflik maka anak anak terabaikan dan terlantar. Waktu habis Orang tua terkonsentrasi mengurus masalahnya dan mencari solusinya, dan anak anak berada dimana?

Anak tetap di dunianya, yang ingin kebahagiaan dan ingin orang tuanya selalu baik. Pertanyaannya haruskah kita kalah dengan keadaan ini, apa tidak bisa kita melakukan apapun, untuk menyelamatkan Ananda?

Lalu, dimana peran Negara? KPAI? Pengacara? Peksos? Satgas PPA? Kepolisian? Tentu peran semua masing masing profesi sangat besar. Karena kita bertaruh kepada mereka sebagai publik figur yang didengarkan untuk melindungi anak anak kita. Adakah edukasi dan rekomendasi bersama tentang Ananda yang meninggal, agar tidak terulang?

Setelah Ananda meninggal, kita mencari informasi dan sadar, begitu luas kasus perceraian ini banyak disiarkan di publik, entertainment, media, juga pihak pihak yang ikut menjadi bagian pencari keadilan atas rentetan konsekuensi hukum atas perceraian kedua orang tua. Artinya sebelum meninggal, sudah banyak yang perhatian terhadap kasus ini, tapi telat? Namun tetap tidak bisa mengembalikan Ananda yang meninggal dan tinggal rasa penyesalan. Padahal kita bisa mencegahnya?

Sekali lagi anak tidak bisa membela dirinya sendiri (seperti diketahui Z 6 th). Artinya sepeninggalnya Z kita perlu belajar dan teredukasi bersama. Terutama terkait sistem penanganan dan rujukan (referral) kepada kasus serupa, yang harus disadari berbagai pihak ketika menangani kasus seperti ini. Adakah yang bisa kita lakukan bersama, agar tidak tidak terulang lagi?

Ketika peristiwa, ortunya mengaku sedang berheadset dan tidak pernah tahu peristiwa itu. Sambil Ananda asyik menikmati air hujan. Namun sayangnya air hujan yang menyenangkan bagi Ananda, mengantarkannya pada kehilangan nyawa. Sambil Ananda melayang di udara, dan memanggil kedua nama orang tuanya?

Siapa Yang Diuntungkan Atas Z atau Adakah Pelajaran dari Kisah Z?

Mungkin pertanyaan terakhir agak satir buat kita. Namun penting untuk menghenyakkan kesadaran kita?

Kita yang menentukan

Salam Senyum Anak Indonesia,

Redaksi KBAI

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: