Home / KBAI Reportase / SOP Penanganan Anak Jalanan Tekankan Pada Keramahan Penjangkauan
Penyusunan SOP Penanganan Anak Jalanan Yang Ramah Anak. Hotel Ibis Senen 4 -5 April 2017

SOP Penanganan Anak Jalanan Tekankan Pada Keramahan Penjangkauan

Target Pemerintah Menuju Indonesia Bebas Anak Jalanan (MIBAJ) memasuki tahap 2. Dari data angka kemiskinan 2016 yang mencapai 28,01 juta jiwa dan tingkat angka kelahiran anak di tahun 2015 mencapai 4.880.951. Diperkirakan setiap kelahiran anak per tahun dengan jumlah anak terlantar 4,3 juta anak dan 34.478 anak berada dijalan. Maka diperkirakan pertumbuhan anak jalanan kurang dari 1 %. Artinya ada harapan besar bagi Pemerintah untuk terus mengurangi anak anak yang terjebak di jalan.

Selama ini penanganan mereka melalui Rumah Singgah, Panti Asuhan, Yayasan Perlindungan Sosial Anak. Program ini merupakan upaya yang terus menerus dilakukan agar anak jalanan tidak lagi melakukan aktifitas ekonomi dan hidup dijalanan, namun harus kembali ke masyarakat, orang tua, keluarga, sekolah.

Pemerintah memberikan perlindungan dan pemenuhan hak dasar bagi anak anak yang terpaksa bekerja dan hidup di jalan. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab negara – pemerintah dan masyarakat – dalam pemenuhan hak – hak anak sebagaimana yang di amanatkan oleh Undang – Undang. Salah satunya dengan Negara menciptakan regulasi Sistem Jaminan Kesejahteraan Nasional dalam mencegah keluarga melakukan penelantaran anak dengan Kartu Kesejahteraan Keluarga, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar.

Mas Kahono Agung Kasubdit Anak Terlantar dari Kementerian Sosial RI yang menfasilitasi Penyusunan SOP Penanganan Anak Jalanan Yang Ramah menyampaikan, dua hari bersama teman teman lintas kementerian dan beberapa entitas sosial masyarakat yang bekerja diarea ini, akan membuat Pedoman, Penjangkauan, Rehabilitasi berbasis masyarakat. Diharapkan pedoman ini menjadi standard yang dapat dipahami secara umum di masyarakat.

Pak Wardoyo dari LKSA Sekar menceritakan pengalamannya dalam menyambut anak anak jalanan yang hidup sehari hari bersamanya. Bagaimanapun mereka adalah kegagalan dari orang tua dan sekolah menyebabkan mereka seperti sekarang. Tak mudah mengajak mereka untuk langsung berkegiatan karena aktifitas itu sudah ditinggalkan mereka. Perlu orientasi, menghilangkan trauma dan mengembalikan kepercayaan diri mereka.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: