Presiden Jokowi disela sela pertemuan dengan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah hari ini, sempat berbincang dengan Bapak Jasra Putra Ketua Kesehatan dan Kesejahteraan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.
Pembicaraan tersebut menyampaikan peran Revitalisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan perkembangan situasi anak anak Indonesia saat ini. Salah satunya kecintaan anak anak pada sosial media dan fenomena perkembangan pemanfaatan sosial media yang mengancam generasi bangsa.
Jasra melihat Presiden sangat konsen dengan perbaikan layanan dan perlindungan anak yang ramah. Dan ingin lembaga perlindungan anak Indonesia ini segera menyelesaikan estafet kepemimpinannya. Ini menandakan anak menjadi fokus penting bagi Presiden. Meski jumlah anak hanya sebagian dari total jumlah penduduk kita, namun sangat menentukan kedepan arah bangsa ini.
Presiden berharap Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak segera memproses pergantian tokoh anak ini. Saya kira ini pertanda baik bagi seleksi Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang sudah masuk tahap pengajuan persetujuan Presiden oleh KPPPA, kata Jasra.
Pertemuan ini terselenggara setelah Pemuda Muhammadiyah mengumumkan hasil riset praktek rente di BUMN dan Birokrasi yang merupakan hasil program Madrasah Anti Korupsi dalam berjamaah melawan korupsi.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak ditengah pertemuan tersebut menyinggung dan mengutuk aksi buzzer yang belakangan dianggap sudah memporak porandakan negeri ini dengan fitnah yang keji.
Abrar Aziz Ketua Bidang Dakwah Pemuda Muhammadiyah juga menyampaikan kepada Presiden program Clean, Pray and Love. Sebagai aksi penyelamatan dan menghindari fenomena kebencian antar generasi semakin tajam. Program ini adalah gerakan subuh berjamaah dan antara muda generasi iman melakukan bersih bersih di rumah ibadah. Juga mendirikan warung mustadhafin guna mengatasi kelaparan yang masih tersembunyi di tengah peradaban kota. Presiden menyatakan mendukung kegiatan ini, yang rencananya dalam waktu dekat akan segera dilaksanakan.
Jasra melanjutkan, tidak mungkin masa depan Negara dikelola oleh generasi yang saling benci untuk itu penting Pemuda Muhammadiyah menyampaikan ini kepada Presiden agar ada kebijakan untuk memberi efek jera bagi para buzzer atau ‘Tuyul Modern’ ini yang sudah tidak dapat dikendalikan dan tiap hari memenuhi WA, Facebook, Twitter sosial media kita.
Saya kira dampak teknologi informasi sangat baik, namun disisi lain ketika berdampak massif merusak moral anak bangsa perlu diperhatikan serius. Memang anak anak tidak boleh ikutkan hingar bingar Pilkada serentak ini, namun sayangnya dampak terbesar ada di mereka. Saya kira semua pihak harus all out melihat dampaknya, termasuk pengawasan lembaga KPAI atas ini.