Dokumentasi BNN menunjukkan bentuk rokok sudah memasuki generasi ke empat. Yang zat kandungan adiktifnya terus berkembang

Media Iklan Menjadi Penyebab Tercepat Anak Merokok

Penelitian Universitas Colombo tahun 2005 sampai dengan 2007 menyampaikan remaja dan anak anak yang merokok kemungkinan menjadi pecandu narkoba 15 kali lebih besar dibanding bukan perokok. Hal ini diamini Agusman Ketua Yayasan Balarenik yang melaksanakan rehabilitasi sosial anak terdampak narkoba. Bahwa dari 519 penerima manfaat layanan, 90% mereka berawal dari candu rokok.

Ilma Sovri Yanti dari Satuan Tugas Perlindungan Anak yang hadir dalam acara Seminar Nasional LPAI menekankan zat adiktif pada rokok telah menjebak anak anak dalam situasi beragam jenis rokok yang dikemas saat ini. Bahkan telah lebih mudah dikonsumsi.

Seperti Vape apakah pernah dicek langsung para orang tua isinya seperti apa? Apakah pernah di cek kepolisian atau BNN? Ini pertanyaan pertanyaan kritis yang perlu kita sampaikan. Jangan sampai ternyata Vape dan Shisa tercampur ganja atau zat adiktif lainnya.

Iklan rokok yang kekinian, juga mendekatkan remaja untuk lebih mengenal lebih jauh. Dunia iklan yang energik, asyik, dekat dan terkesan berlebihan, tentu sangat mempengaruhi, baik jiwa dan tumbuh kembang remaja. Penawaran para sales rokok yang dipromosikan dijalan jalan, dengan style dan gaya pilihan, tentu saja sangat menarik remaja untuk mendekat dan menerima tawaran mereka. Belum lagi produk mirip rokok, seperti permen rokok yang masih beredar. Untuk itu Ilma sepakat LPAI bersama masyarakat sipil mendorong peran Negara dalam pelarangan total iklan rokok, promosi dan sponsor rokok dalam seminar nasional tersebut. Ilma mensinyalir cepatnya anak merokok karena iklan yang masif. Meski telah ada batasan siaran iklan, namun kenyataannya tidak banyak pengaruh.

Hal ini dibenarkan R Dea Rhinofa dari Direktorat Advokasi BNN, bahwa pengembangan rokok sudah masuk generasi keempat dari mulai shisa, tembakau gorilla, vape, kriket sampai bentuk jam. Isi kimianya lama lama berkembang, tidak hanya bentuk liquid, tetapi ada formalin, nikotin, sianida dan senyawa kimia lainnya. Kita sudah mendapati beberapa ruang apartemen menjadi pabrik produksi. Bahkan penelitian BNN ada 24 SMA di Jakarta positif siswanya pemakai ganja dan tembakau gorilla. BNN memberi perhatian dan peringatan karena pajak produk produk ini telah masuk kas negara, mumpung belum banyak perlu segera dilarang, dicari siapa yang membuat. Juga perhatian praktek penjualan melalui e-commerce.

Kementerian Kesehatan Muhani menemukan dari program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang menyatakan 46,3% remaja dominan mengenal rokok dari iklan. Begitu juga Studi UHAMKA dan Komnas Anak 2009 menyatakan 99,7% menyatakan anak anak memulai mengenal rokok melalui iklan di televisi. Untuk itu Kemenkes berharap dalam pembahasan revisi PP 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau, banyak kementerian yang dapat dilibatkan dalam rangka mengambil peran tanggung jawab bersama. Karena Kemenkes takkan mungkin bisa sendiri, ada pembagian wilayah kerja yang tupoksinya ada di kementerian lain, tutupnya.

 

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *