Home / Jurnalisme Warga / Kisah Perjalanan Pemudik Disabilitas
Foto Pemudik Disabilitas di Kereta, Pesawat dan Bus. Melalui program MIRAD

Kisah Perjalanan Pemudik Disabilitas

Mudik Inklusi Ramah Anak dan Disabilitas (MIRAD), yang sebelumnya pada arus mudik memberangkatkan 278 disabilitas, pendamping dan keluarga. Yakni 44 anak anak, 6 lansia, 1 bumil, 124 perempuan, 109 disabilitas, akan menempuh arus balik, mulai hari ini (14/04) sampai dengan besok (15/4). Dengan moda transportasi bus, kereta dan pesawat.

 

Adapun untuk penumpang disabilitas terdiri dari disabilitas fisik non kursi roda, disabilitas fisik pengguna kursi roda, tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan mental.

 

Para pemudik disabilitas berbagai cerita perjalanan mudik kampung dan kisah arus balik kepada KBAI.

 

Seperti Catur Sigit Nugroho pengguna kursi roda, dilarang oleh sekuriti masuk stasiun dari pintu barat, dan di suruh balik masuk dari pintu timur. Padahal tidak ada ramp di pintu keberangkatan di sisi timur. Akhirnya saya menuju pintu kedatangan sisi barat yang ada rampnya.

 

Ia menjelaskan, situasi pintu masuk stasiun  sisi timur sudah tidak tersedia ramp, aksesnya hanya  tangga. Ramp hanya tersedia dipintu sisi barat, yang merupakan pintu kedatangan. Namun ketika mau menggunakan pintu keluar untuk masuk stasiun, dirinya di larang oleh sekuriti dan di minta kembali ke pintu timur.

 

Pintu masuk dan pintu keluar stasiun, terpisah dinding, dan berjarak sekitar 100 meter. Sehingga Catur bersama kursi rodanya harus turun kembali ke parkiran dan menuju sisi sebaliknya.

 

Saat dilarang masuk, dirinya langsung berkomunikasi dengan Kepala Stasiun, agar petugas di lapangan dapat di berikan arahan pimpinan. Syukurnya, setelah mendapatkan arahan dari pimpinan mereka, akhirnya saya bisa masuk dari pintu stasiun yang ada ramp nya.

 

Lain lagi dengan apa yang di alami Sri Puryantini atau Pungki disabilitas pengguna kursi roda, ia menceritakan perjalanan arus balik dengan kereta. Ia menyesalkan kebocoran didalam gerbong akibat hujan. Yang menyebabkan ketidaknyamanan di perjalanan, katanya.

 

Hal yang sama juga di ceritakan penumpang bus, dirinya bersama teman teman penyandang disabilitas beragam, saat menuju kampung. Mengalami situasi yang tidak nyaman.

 

Kami ingin makan berat setelah lepas berbuka puasa dengan makan snack. Namun driver bus tidak mau berhenti, karena di kejar waktu kembali ke Jakarta untuk mengambil penumpang mudik.

 

Ketua  Pimpinan Pusat Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (PP Hidimu) Fajri Hidayatullah menyampaikan dirinya menyambut baik gerakan MIRAD, dalam pengarusutamaan inklusi di semua sektor, baik pelayanan publik maupun sarana transportasinya.

 

Ia juga menitikberatkan pentingnya fasilitas di lengkapi. Meski dalam mudik disabilitas disediakan pendamping. Namun dirinya ingin menegaskan, bahwa prinsip kemandirian dalam perspektif disabilitas, harus mengedepankan kelengkapan fasilitasnya, baru bicara adanya pendamping.

 

Jadi bukan bergantung sepenuhnya. Jadi tidak serta merta dengan tersedianya pendamping kemudian mengabaikan pembangunan yang berorientasi pada kemandirian disabilitas itu sendiri.

 

Fajri juga melihat masuknya era digitilasasi, menjadi pintu masuk mempercepat kesetaraan atau inklusi tersebut. Termasuk didalamnya moda transportasi yang dapat diakses melalui teknologi digital, yang kemudian dengan teknologi dapat mendukung kemandirian disabilitas.

 

Jadi dengan digitalisasi, memang disabilitas dapat menikmati dan merasakan segalanya, dengan ini mendorong adanya kemandirian.

Misalkan disabilitas netra seperti saya, dengan modal gadget dan pembaca layar ditambah aksessibilitas dalam aplikasi, maka akan memudahkan disabilitas saya, yang akan berdampak pada kegiatan ekonomi saya.

 

Melalui praktek digitalisasi, saya berharap juga berlaku di semua sektor kehidupan, tidak hanya di transportasi melalui program MIRAD.

Karena untuk menikmati segala pelayanan publik, perspektif disabilitasnya selalu mengatakan, “bagaimana hamabatan itu dapat ditangani”.

 

Sehingga peran digitalisasi, termasuk penerapannya di sektor transportasi, sangat membantu dan menumbuhkan ekonomi penyandang disabilitas.

 

Ilma Sovri Yanti inisiator MIRAD menyampaikan idealnya memang para penyelenggara transportasi mendapatkan pelatihan, bagaimana berinteraksi dengan penyandang disabilitas, seperti yang terjadi pada kisah disabilitas dengan driver bus.

Padahal driver bus tersebut, sudah mendapatkan briefing panitia, dan tips tambahan selama perjalanam. Karena kita ingin kesejahteraannya diperhatikan, sensitifitas dan perspektifnya juga terbangun.

 

Ke depan perlu pelatihan interaksi bersama penyandang disabilitas sebelum penyelengaraan Mudik.

 

Begitu juga kesejahteraan para driver dan pendamping disabilitas di perjalanan perlu mendapatkan perhatian lebih pemilik transportasi. Jangan sampai juga driver bus nya juga memiliki target yang telah di tetapkan perusahaan. Jadi kita evaluasi semua nanti.

 

Tentu berbagai masukan teman teman penyandang disabilitas akan sangat penting, dan menjadi masukan untuk perbaikan layanan prioritas seat di berbagai moda transportasi.

 

Kita juga ada tantangan dalam pelaksanaan MIRAD, yaitu permintaan teman teman penyandang disabilitas dan keluarganya untuk meluaskan area titik keberangkatan, jadi tidak hanya Jakarta. Kita berharap tahun 2025 titik keberangkatan meluas, di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, Papua, Ambon, Kalimantan.

 

Begitupun dengan jangkauan ke berbagai titik tujuan. Saya kira berbagai pergerakan mudik disana, juga penting pengarusutamaan akses penyandang disabilitas dalam bertransportasi saat mudik.

 

Sebenarnya penggerak mudik inklusi disabilitas tahun ini, ada peran kuat dari tim inklusi disabilitas Kementerian Perhubungan. Yang punya peran langsung, karena tim inklusi terdiri dari beragam penyandang disabilitas, mereka panitia langsung mudik disabilitas tahun ini.

 

Yang perlu kita dorong, agar tim inklusi disabilitas Kementerian Perhubungan yang baru saja di SK kan Menteri Perhubungan, dapat mengejar target Safety Assessment berbagai fasilitas moda transportasi, baik saat menuju, naik, saat di transportasi, sampai integratif ke tujuan.

 

Dari pengalaman MIRAD 2024, saya kira tim inklusi kementerian perhubungan akan lebih siap meyambut liburan Nataru kedepan dan Lebaran 2025. Karena mereka mengakui butuh persiapan lebih panjang. Mulai memetakan rute yang akses, melatih para petugas layanan dan memetakan transportasi yang bisa di pakai penyandang disabilitas.

 

Seperti diketahui bersama, Gerakan MIRAD dapat terlaksana, berkat dukungan BUMN, salah satunya Bank Syariah Indonesia yang mendukung Tim Inklusi Disabilitas Kementerian Perhubungan, Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (Hidimu), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) dan Komunitas MRAD untuk melaksanakan mudik disabilitas tahun ini.

 

Salam Inklusi,

Catur Sigit Nugroho

Koordinator MIRAD 2024

0856 4774 8249

 

Fajri Hidayatullah

Ketua PP Himpunan Disabilitas Muhammadiyah

CP.0821 2584 2536

 

Ilma Sovri Yanti

Inisiator MIRAD

0813 1629 9752

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *