Komisi Perlindungan Anak Indonesia menggelar zoom online Rapat Koordinasi Nasional Pemenuhan dan Perlindungan Anak Korban Kehilangan Orang Tua Pada Pandemi Covid-19 (12/8).
Kak Tata Sudrajat dari Save The Children atau Yayasan Sayangi Tunas Cilik mengingatkan kepada 448 peserta Zoom, bahwa diperkirakan ada 17.000 anak yang mengalami kehilangan orang tua. Dengan melihat data kematian di usia 31 sampai 45 tahun pada data Satgas Covid yang mencapai 12,8 %.
Untuk itu ini juga menjadi ukuran pemerintah jika akan melakukan pendataan anak anak yang kehilangan figur pengasuh utamanya. Bahwa ada kebutuhan SDM yang besar, dan memperhatikan cara bekerja dengan anak.
Semua anak dalam pandemi sebenarnya berada dalam resiko, jika tidak menerapkan protokol kesehatan. Ada juga keterpisahan anak karena isoman sementara. Masalah psikososial yang dihadapi keluarga yang utama adalah kecemasan, mulai keluarga menghindari covid, perawatan covid, bahkan resiko yang terburuk dari Covid.
Untuk itu resiliensi menjadi penting diajarkan. Pekerja sosial biasanya sangat tahu soal ini, ketika melihat anak menarik diri atau menangis. Anak anak perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga barunya, sampaikan mereka harus seperti apa, sehingga anak menyesuaikan situasi keluarga dan lingkungan.
Kebutuhan pendataan, juga parallel dengan usaha kita menyiapkan hotline, konseling, rujukan, bimbingan dan bantuan, menjadi penting untuk selalu disiapkan dalam berbagai kesempatan bertemu data anak anak yatim atau piatu dan yatim piatu, tutup Kak Tata yang juga pendorong Permensos Standard Nasional Pengasuhan Anak di Indonesia.
Rakornas KPAI di hadiri lintas Kementerian dan Lembaga, Dinas Sosial, Dinas PPPA, lembaga anak internasional dan nasional, Ormas, Orsos, Peksos, Panti Satgas PPPA.