Home / KBAI Reportase / Pemuda Muhammadiyah Ingatkan Peran Ayah Dalam Kasus Sorong Papua
Jasra Putra Dekalrator Gerakan Ayah Hebat Pemuda Muhammadiyah

Pemuda Muhammadiyah Ingatkan Peran Ayah Dalam Kasus Sorong Papua

Kebiadaban, mungkin itu kata yang mewakili kejadian pemerkosaan dan pembunuhan atas anak perempuan berumur 4 tahun. Namun kejadian yang terus berulang juga dapat mematikan perasaan kita (kebal) atas peristiwa yang terus berulang. Setelah kejadian di Rejang Lebong, Tanggerang, Lampung dan terakhir Sorong yang menimpa adinda KM 4 tahun. Apa yang terjadi dengan KM di Sorong perlu dirasionalisasi, sehingga menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Ayah Jasra dari Koordinator Program Ayah Hebat Pemuda Muhammadiyah menyampaikan sebenarnya kejadian ini merefleksikan kepribadian seorang Ayah yang dilekatkan kepada setiap anak perempuannya. Ayah memiliki peran besar dan mulia dalam membangun cara pandang anak perempuanya. Diantaranya dengan Ayah menyempatkan waktu bicara dengan putrinya, mengajaknya jalan bareng untuk makan atau jalan jalan, berolahraga dan bermain bersama. Dampak dari kebiasaan ini membuat anak perempuan ayah, -pertama belajar mandiri, kedua tidak terburu buru ingin mempunyai pacar, -kalaupun punya pacar, ia akan pandai menjaga hubungan yang sehat dan tidak mudah terbujuk rayuan pacar, ketiga memiliki prestasi akedemis, keempat mempengaruhi remaja putrinya dalam memandang laki-laki. Hal ini semua dapat menyelamatkan anak anak dan remaja putrinya dari kekerasan seksual.

Kemudian jika Ayah selalu bersikap baik dengan Ibu, maka anak laki-laki juga akan belajar dan mencontoh bagaimana memperlakukan perempuan dengan baik. Jika Ayah terbiasa memberi pujian yang tulus atas prestasi anak anak, baik dalam bidang akeademis, perilaku atau apapun itu yang bernilai positif, maka anak akan semakin percaya diri dan mandiri.

Selanjutnya, Deteksi dini lingkungan dalam merespon sense of crisis menjadi penting dihidupkan, untuk kesekian kalinya kejadian perkosaan yang disertai pembunuhan selalu didahului dengan pesta miras oleh remaja putus sekolah. Dengan kejadian ditempat tempat yang jarang menjadi perhatian masyarakat.  Masyarakat juga belum terbiasa mengenal tempat melapor dalam situasi darurat. Penting menghidupkan sense of crisis masyarakat seperti kejadian sebelumnya sebenarnya ada yang melihat, namun enggan melaporkan segera.

Saya kira setiap Kepala Daerah punya pekerjaan rumah dalam memberi alternatif kegiatan kepada anak anak putus sekolah. Bahwa pembiaran terhadap kelompok remaja ini telah berakibat fatal pada tragedi miris kemanusiaan. Dari miras berujung melakukan perkosaan yang disertai pembunuhan.

Jangka panjang perlu menjadi perhatian usulan masyarakat sipil yang tergabung dalam Aliansi Pengasuhan Berbasis keluarga tentang usulan RUU Pengasuhan Anak, karena sesungguhnya peristiwa ini terjadi disebabkan ada kekosongan hukum yang menjamin anak anak tetap berada di pengasuhan keluarga. Karena banyak kasus penelantaran anak dengan tidak disertai kewajiban orang tua menjalani pendidikan membangun kualitas pengasuhan.

Sehingga diharapkan ke depan bila ada peristiwa seperti ini kita tidak seperti kebakaran dan reaktif. RUU Pengasuhan dapat mendorong Negara, Pemerintah dan masyarakat memberi kesempatan keluarga untuk meningkatkan kapasitas pengasuhan. Sehingga kasus kekerasan, penelantaran, eksploitasi terhadap anak baik yang dilakukan orang tua, keluarga besar dapat di deteksi secara dini dan dicegah dalam bentuk hukum dan kebijakan, kita perlu UU yang layak dalam pencegahan dan penanganan anak anak di Indonesia.

Mari jadikan kematian adik perempuan kita KM di Sorong menjadi jalan penerang kita semua untuk sadar dan bergerak semakin melindungi anak anak Indonesia

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *