Home / KBAI Reportase / Pemuda Muhammadiyah: Ceramah Ramadhan Harus Mulai Bicara Penyandang Disabilitas
Trian Airlangga bersama Buya Abror Azis, Bang Dahnil Anzar dan Mendikbud Bapak Muhadjir Effendy pada acara Bukber di kediaman Rumdin Mendikbud

Pemuda Muhammadiyah: Ceramah Ramadhan Harus Mulai Bicara Penyandang Disabilitas

Pemuda Muhammadiyah mengajak komunitas Jakarta Barrier Free Tourism atau JBFT berbuka puasa bersama. JBFT merupakan komunitas penyandang disabilitas yang intens melakukan jalan jalan edukasi menghilangkan hambatan bersama masyarakat sipil. Terakhir, Di ulang tahunnya yang ke 6 pada bulan Maret 2018, gerakan mengedukasi masyarakat melalui menghilangkan hambatan mewujudkan aksessibilitas melakukan audit fasilitas publik bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Mereka menyusuri trotoar Sarinah menuju Perpustakaan Nasional di Jalan Merdeka.

Dalam pertemuan yang berlangsung di kediaman Mendikbud, penyandang disabilitas Trian Airlangga menyampaikan kondisi mereka dalam mengakses Masjid selama ibadah Ramadhan.

Sebagai Tuna Netra tidak mudah untuk dapat mengakses Masjid. Mencari Masjid akses di pusat kota Jakarta tidak mudah, bahkan Masjid Istiqlal sekalipun.

Pernah ketika bertanya, dimana tempat wudhu dan pintu masuk sholat di salah satu Masjid, dijawab pintunya di depan Pak. Kebayang harus nabrak sana sini karena tidak ada ubin petunjuk mengarah ke lokasi.

Trian juga pernah mengalami masuk got dan langsung di steam, karena jatuhnya dekat cucian motor. Padahal ada kebutuhan yang harus dipahami dalam berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Begitu juga teman teman tuli, butuh akses apa yang sedang dibicarakan khatib atau penceramah. Kursi roda juga ingin bisa membersihkan roda nya agar bisa bersih ketika masuk shaf.

Dahnil Anzar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menjelaskan, sejak 2015 kami aktif bersama penyandang disabilitas mengkampanyekan Mudik Ramah Anak dan Disabilitas. Mereka telah menjalani 3 tahun sosialisasi dan ujicoba Mudik Ramah Anak dan Disabilitas, dimana Pemuda Muhammadiyah menjadi bagian dalam gerakan MRAD. Namun belakangan mereka merasa tidak lengkap, jika tidak dilengkapi dengan Masjid yang akses.

Karena sesungguhnya persoalan saat Ramadhan tidak hanya Mudik, tapi kebutuhan 30 hari menjalankan ibadah Ramadhan yang akses, Untuk itu Pemuda Muhammadiyah mendorong agar segera ada silaturahmi antara penyandang disabilitas dengan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin. Hal itu disampaikan Dahnil saat berbuka puasa bersama di rumah Mendikbud.

trian dan cucu

Trian melanjutkan berbagai hambatan dalam mengakses ibadah Ramadhan telah mereka sampaikan, terutama kesulitan mencari Masjid Akses.

Kami ingin bersama ormas muslim terbesar seperti Pemuda Muhammadiyah melakukan kampanye nasional selama Ramadhan tentang akses penyandang disabilitas menuju Masjid.

Karena bagi penyandang disabilitas Masjid jadi sumber pertama kehidupan. Kami juga mengadukan kepada Ketua Muhamamdiyah yang juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Muhadjir Effendy.

Momentum Ramadhan menjadi bagian terbaik bagi para penceramah mulai mengenalkan isu disabilitas dan bagaimana mereka bisa mengakses Masjid. Untuk itu Pemuda Muhammadiyah komit menjadi bagian agenda nasional, apalagi mereka sedang Ekspedisi Kebangsaan dalam merawat keberagaman. Mereka langsung mengajak aksi kongkrit 2 Juni nanti dengan Tarawih Akses, yang akan menjadi kepanitian bersama, jelas Trian.

Buya Abror Azis Ketua Dakwah dan Pengkajian Agama Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menegaskan. Kalau mengambil rujukan kata Mustadhafin dalam Alquran dalam menegasikan penyandang disabilitas maka akan banyak penjelasannya. Begitu juga ketika pendiri Muhammadiyah Kyai Haji Ahmad Dahlan, sebelum bicara hal lainnya, lebih dahulu membicarakan Teologi Al Maun dalam menitik beratkan pembelaan terhadap kaum lemah dan dilemahkan.

Penyandang disabilitas dimaknai mereka yang terbatas akibat ‘lemah akses’. Faktor luar itu menyebabkan mereka menjadi dilemahkan atau Mustadhafin. Padahal puncak dari tujuan beragama kita adalah memuliakan kemanusiaan termasuk penyandang disabilitas. Untuk itu melalui silaturahmi ini, kami akan memasukkan materi ceramah ceramah Pemuda Muhammadiyah pada bulan Ramadhan, untuk mengenalkan hak yang sama dalam beribadah, terutama menjadikan Masjid sebagai sumber kehidupan penyandang disabilitas.

Ia juga mengingatkan, manusia saat ini sudah terbebas dari tahayul, khurafat, bidáh dan syirik. Hanya saja belakangan berkembang sifat anani yang berarti ‘saya’, ke’sayaán, keégoán. Hal hal tersebut menutupi yang lain yaitu penyandang disabilitas.

Padahal semua mahluk di ciptakan Allah dengan sempurna, hanya diluar mereka membatasi, ini yang mulai harus dirubah dan diluruskan dalam niat ibadah kita. Semoga ramadhan yang tinggal beberapa hari ini, kita bisa tingkatkan dalam rangka harkat, derajat dan martabat saudara sesama muslim, melalui advokasi hak hak penyandang disabilitas pada materi ceramah kita dan rumah ibadah.

Sabtu 2 Juni mendatang saya meminta dalam ceramah agar ada penerjemah bahasa isyarat dalam merintis ibadah akses di Masjid At Taqwa Muhammadiyah. Untuk itu saya mengundang dan meminta semua umat Islam mendukung dan memotivasi para penyandang disabilitas dalam menyempurnakan ibadah ramadhannya.

Mari berbondong bondong kita hadiri Tarawih Akses di Masjid Muhammadiyah pada Sabtu 2 Juni mendatang. Yang dimulai Kajian Ramadhan tentang Masjid Akses untuk Penyandang Disabilitas. Acara akan dimulai dari jam 15.00, tutupnya.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *