Bertempat di kediaman rumdin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Muhadjir Effendy berlangsung buka puasa bersama Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Ketum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar menyampaikan penting di situasi sekarang kita perbanyak silaturahmi dengan siapapun. Makanya Pemuda Muhammadiyah mengadakan Ekspedisi Kebangsaan dalam rangka Merawat Keberagaman.
Belakangan terkesan kita menyelesaikan persoalan kebangsaan dalam ruang yang beku. Istilah kami kurang Ngopi. Bagaimanapun Negara yang didirikan atas konsensus bersama, harus lebih sering melakukan silaturahmi lintas batas. Untuk itu Pemuda Muhammadiyah memulai dengan melakukan pertemuan dan mengingatkan semua elemen bangsa dengan Eskpedisi Kebangsaan. Kami baru saja pulang dari Ambon bertemu Walikota, tokoh lintas agama dan berkumpul di gong perdamaian. Sore ini bersama penyandang Disabilitas membangun kesepahaman dalam isu isu kebangsaan yang harus di sikapi bersama dalam persoalan mereka.
Cucu Saidah pendiri Jakarta Barrier Free Tourism mengucapkan terima kasih atas dialog bersama Mendikbud yang difasilitasi Ketum Pemuda Muhammadiyah sore ini. Baginya Pemuda Muhammadiyah sejak Ramadhan 2015 menjadi bagian gerakan Mudik Ramah Anak dan Disabilitas.
Tahun 2018 kita punya keinginan bersama memajukan proses aktifitas MRAD, dengan mulai memperhatikan kebutuhan yang sama pada akses ibadah Ramadhan, salah satunya akan bergerak bersama Pemuda Muhammadiyah menyelenggarakan Tarawih Akses.
Dialog sore itu juga berlanjut dengan isu akses pendidikan inklusif dan pemenuhan kuota 2% pada pembukaan pendaftaran 2000 PNS yang sedang di godog pemerintah. Cucu menyatakan pendaftaran menjadi PNS berhadapan dengan sejauh mana taraf pendidikan yang dapat ditempuh penyandang disabilitas. Karena dari mencari sekolah saja mendapatkan tantangan luar biasa.
Ini jadi persoalan hangat di grup WA JBFT tentang seorang anak tuna netra yang mencari sekolah SMP dan ditolak 2 sekolah, kemudian munculnnya draft RPP Layanan Akomodatif untuk peserta didik yang merupakan produk turunan Undang Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Inilah yang menjadi konsen Pemuda Muhammadiyah dan Pak Menteri dalam dialog tadi.
Cucu menyampaikan bagaimana seorang anak tuna netra yang ditolak dua sekolah negeri pada saat mendaftar tahun ajaran, menjadi masalah utama yang didialogkan, bagaimana penyandang disabilitas bisa memenuhi persyaratan utama menjadi PNS, jika sejak dini mereka sudah tidak bisa menempuh pendidikan.
Bapak Muhadjir sangat prihatin masih ada sekolah yang menolak calon siswa penyandang disabilitas, apalagi ini sekolah negeri. Baginya soal sekolah inklusif, sudah ada sekolah sekolah yang ditunjuk. Kalau ada yang menolak lapor ke dinas, atau jika mau tulis dan sebut nama sekolahnya yang menolak, terutama jika sekolah negeri, jelas Pak Menteri.
Dahnil menyampaikan persoalan persoalan hulu seperti akses pendidikan menjadi solusi penting bagi para penyandang disabilitas dalam meningkatkan taraf pendidikan. Begitu juga momentum Ramadhan tentang Masjid Akses. Ini hal hal mendasar dan sangat penting memahami keragaman persoalan bangsa yang harus direspon cepat secara bersama sama.
Dahnil bersama Jakarta Barrier Free Tourism mengajak aksi kongkrit Sabtu 2 Juni bersama teman teman penyandang disabilitas bergerak dari Stasiun Kota menuju Masjid At Taqwa Muhammadiyah. Acara tersebut bertema gerakan Bring ME Access dalam membawa Ramadhan Yang Ramah Disabilitas. Dahnil juga berjanji mempertemukan para penyandang Disabilitas dengan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin,