Data Lingkaran Survey Indonesia menyampaikan korban meninggal dari penyebaran wabah pendemi Covid pada umur 0 – 5 tahun berkisar 0,70% dan umur 6 – 17 tahun berkisar 0,60%. Hal ini terungkap dari kasus harian yang terjadi di Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor dan Bali. Dengan mensyaratkan gaya hidup ‘New Normal’ di hidupkan di tengah masyarakat, demikian penjelasan Ikram peneliti LSI di kantornya via Zoom.
Hidup ‘New Normal’ mensyaratkan keseimbangan antara kesehatan tubuh dan kesehatan ekonomi, dengan pertama mulai membiasakan diri untuk ‘hidup bersama virus yagn selalu mengancam di sekitar kita’, hingga menunggu prediksi vaksin ditemukan (6 – 12 bulan kedepan), kedua mulai bekerja dan aktifitas luar rumah, namun tetap menjaga social distancing, dengan jarak interaksi minimal 1 meter, Ketiga menggunakan masker di fasilitas umum dan transportasi umum, Ke empat fasilitas umum mempraktekkan jarak sosial, seperti di bandara, transportasi umum, restoran dan tempat lainnya, Kelima menggunakan teknologi komunikasi untuk melakukan rapat, pertemuan dan lainnya.
Kekhawatiran ini beralasan dengan Apindo merilis PHK yang sudah mencapai 7 juta dan ancaman PHK 30 juta tenaga kerja. Situasi ini mengkhawatirkan bila tidak diseimbangkan, karena bisa menjadi kelaparan, yang berlanjut kemarahan dimana mana dan berujung kerusuhan. Dampaknya kepercayaan kepada pemerintah disituasi ini merosot tajam.
Ikram melanjutkan penelitian LSI ini sebagai kontribusi secara sosial dalam dampak pendemi Covid 19. Seperti diketahui pendemi ini menyeret beberapa negara dan berpindah selalu silih berganti. Dan kita ingin siklus ini tidak berlanjut dan bisa berhenti. Seperti diketahui banyak negara negara di eropa dan asia yang sudah membuka lockdown. Bahkan Jerman sudah memulai lagi Bundes Liga. Negara negara yang sudah membuka diri kembali adalah Jerman, New Zealand, Perancis, Norwegia, Italia dan Singapura.
Menurut Ikram perlu keseimbangan, kalau focus pandemic saja, tidak memikirkan ekonomi domestic warga akan mengkhawatirkan. Akan menjadi public yang lapar dan menjadi public yang marah dan pemerintahan menjadi distrust dan memperparah kondisi. Artinya ajakan Indonesia bisa kembali bekerja dengan 5 prasyarat bisa di mungkinkan.
Penelitian LSI ini disambut baik Farid Ari Fandi redaktur Kantor Berita Anak Indonesia. Bahwa ada kesempatan besar untuk generasi muda serta anak anak untuk tetap produktif diluar rumah. Dengan memperhatikan keseimbangan antara kesehatan dan kebutuhan di luar rumah.
Selain itu ada yang harus mulai digerakkan dan dibudayakan untuk melengkapi hidup ‘New Normal’, mau tidak mau, katanya. Meski mereka bisa bekerja dengan hidup New Normal. Namun tidak bisa dipungkiri frekuensi keluar rumah harus memperhatikan faktor pencegahan dan menjaga kesehatan.
Karena mau tidak mau pola hidup dan perilaku sosial, ekonomi, politik dan budaya akan bergeser. Dengan kebutuhan alat komunikasi, medsos yang tinggi. Perubahan diruang entertainment atau aktifitas diluar rumah, tidak termasuk bekerja, perubahan pola kinerja dan tata ruang dari tempat mereka bekerja, dan situasi rumah dan kantor yang menyesuaikan. Saya kira ini tren maju yang sangat baik buat generasi muda kita, prasyarat kehadiran diruang bekerja berkurang, tapi kenyamanan dan produktifitas bekerja bisa maksimal. Saya kira generasi muda sangat menyukai hidup New Normal ini.
Begitupun dukungan teknologi yang mendukung, karena perlu ekspresi dan mewakili perasaan saat bekerja dengan teknologi, termasuk menggambarkan bisnis proses. Ini akan menjadi kebutuhan masyarakat pekerja dan generasi pendidikan kita. Untuk itu media pendukungnya benar benar harus disiapkan secara baik, tutup Farid.