Bahrul Fuad atau Cak Fu mengapresiasi pertama kalinya Masjid Istiqlal mengundang dan mempersiapkan sebanyak 366 penyandang disabilitas untuk ikut merayakan Iedul Adha di Masjid Istiqlal, apalagi semua kebutuhan aksesibilitas di akomodir. Mulai dari tempat masuk, lahan parkir, shaff didepan, guiding block, layer besar, juru Bahasa isyarat, lift dan personal assistant. Semua disediakan agar jamaah disabilitas dapat nyaman dan khusyu. Ia adalah pengguna kursi roda sejak lahir yang ditunjuk sebagai koordinator jamaah disabilitas tahun ini oleh Dirjen Bimas Islam untuk mempersiapkan dan mengundang disabilitas sholat Ied di Masjid IstiqlalBaginya Sholat Ied bersama penyandang Disabilitas sebagai momentum kita semua mulai memperhatikan pemenuhan hak disabilitas di bidang keagamaan. Karena disadari atau tidak orang sering beranggapan disabilitas jarang ditemui di tempat ibadah. Padahal bukan karena tidak mau, tapi karena tidak bisa masuk dan akses. Artinya ketika rukun sholat wajib di penuhi tapi akses tidak ada. Bahwa penyandang disabilitas juga ingin menikmati lebaran Iedul Adha seperti yang lain dengan berpuasa arafah dengan khusyu, menikmati siraman rohani dengan akses, dan masuk ke masjid dengan mudah, aman dan nyaman. Serta memenuhi rukun sholat Ied yang wajib sampai mendengarkan ceramah, tapi bagaimana kalau tidak disediakan penerjemah Bahasa isyarat misalnya untuk Tuna Rungu.Istiqlal sebelumnya merasa ragu dapat menfasilitasi teman teman disabilitas karena belum pernah. Namun proses bersama dan keterbukaan satu sama lain dengan difasilitasi Dirjen Bimas Islam Kemenag, Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI) telah menjadi proses yang sangat berharga. Inisiatif tidak hanya datang dari penyandang disabilitas tapi disambut dengan penuh komitmen dari pimpinan yang bisa langsung memutuskan dilapanganUntuk itu atas terselenggaranya Sholat Ied pertama kali dengan 366 Penyandang Disabilitas, Koordinator Jamaah Disabilitas Bahrul Fuad sangat berterima kasih kepada Dirjen Bimas Islam Kemenag, Direktur Penerangan Agama Islam Juraidi, Setmilpres, Kasubag Humas Polres Jakarta Pusat, Kodim 0501, Kapolres Jakarta Pusat, Kogassap 1 TNI, Unit Pemadam Kebakaran, PLN, para aktifis penyandang disabilitas dan awak media.Seperti diketahui Bahrul Fuad adalah salah satu perumus buku Fiqh Penguatan Penyandang Disabilitas diterbitkan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU), Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), dan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD-UB).Ia memperkenalkan buku ini kepada Dirjen Bimas Islam Kemenag yang ternyata gayung bersambut mewujudkannnya melalui praktek langsung Sholat Ied bersama Penyandang Disabilitas.Selama ini fiqih menempatkan kaum difabel pada kategori orang sakit (marîdl). Karena itu, layak bagi mereka menerima rukhsah atau dispensasi dalam hal ibadah. Misalnya, boleh bertayamum, shalat sambil duduk, tidak ikut shalat Jumat, atau lainnya, padahal bukan itu. Mereka juga ingin menikmati khusyunya beribadah dan memenuhi semua rukunnya.Masalahnya, kalau dianggap marîdl atau sakit kan temporer. Sekarang sakit, besok bisa jadi sudah sembuh. Sementara kami yang disabilitas permanen. Bukan penyandang masalah, bukan juga meminta rukhshah (keringanan).Pendekatan yang digunakan semestinya adalah kesetaraan hak. Pada kasus penyandang tunarungu, misalnya ketika Sholat Jumat. Dengan rukun wajib mendengarkan khutbah, mereka tidak meminta rukhshah (keringanan), karena berarti meninggalkan rukun wajibnya sholat jumat bisa batal. Tapi dengan menghadirkan penerjemah Bahasa isyarat atau membaca gerak bibir (melalui media, seperti layar atau bisa diakses online). Mereka dapat memenuhi semua rukunnya. Jadi tidak sholat bukan pilihan lagi, Sekarang banyak alat bantu kemandirian, asal yang diluar sana tidak membatasi, tapi memberi ruang akses dan kesetaraan.Jadi bukan hanya soal sah atau tidak saat ia tak mampu mendengar khutbah, tapi kapan mereka dipenuhi hak-haknya untuk bisa mengakses khutbah tersebut sebagaimana umat Islam kebanyakan. Negara punya kewajiban hadir memberi kesetaraan, pemenuhan akses layanan kepada kelompok iniPerumus buku tersebut Bahrul Fuad atau yang biasa dipanggil Cak Fu secara konsisten memperkenalkan buku tersebut kepada para tokoh agama, tokoh bangsa, tokoh politik. Dan kali ini momentum Iedul Adha ingin memperluasnya lagi. Sehingga tidak ada lagi kekhawatiran karpet masjid takut kotor karena saya berkursi roda. Buku Fiqh Disabilitas memberi solusi kesetaraan dan hak yang sama bagi siapa saja, termasuk disabiltas dalam mengakses rumah ibadah.Terakhir, saya akan terus meyakinkan bahwa kesetaraan itu bisa kita wujudkan bersama di ruang ruang ibadah kita. Dan perjuangan diruang keagamaan untuk disabilitas masih amat jarang. Kalau perjuangan disabilitas di regulasi, kampanye akses sudah banyak. Namun untuk kajian keagamaan masih amat sedikit. Untuk itu doakan kami terus konsisten di wilayah ini. Mari perjuangkan bersama.Kita berdoa semoga besok Sholat Ied penyandang disabilitas bersama ratusan ribu jamaah di Masjid Istiqlal, menjadi momentum meningkatkan nilai ibadah kita semua, terutama memberi ruang yang sama bagi saudara saudara kita yang disabilitas. Proses pembelajaran pertama ini menjadi penting, terutama interaksi pertama kali langsung dengan 366 Penyandang Disabilitas di Masjid Istiqlal, yang akan menjadi perhatian banyak pihak, yang harusnya terjadi setiap waktu karena rukun wajib ibadah bukan untuk hanya yang non disabilitas, teman teman penyandang disabilitas juga ingin setiap hari memenuhi hal yang sama.*Cak Fu atau Bahrul Fuad – Konsultan Disabilitas dan Inklusi Sosial pada Program Peduli*CP. 0813 3031 2172_Koordinator Relawan Personal Asisstant Penyandang Disabilitas__Catur Sigit Nugroho – Pengguna Kursi Roda Paraplegia di 0856 4774 8249__Ilma Sovri Yanti – Inisiator Mudik Ramah Anak dan Disabilitas di 0878 3870 3730_
Check Also
Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes
Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …