Separuh Hidup Anak Ternyata Membosankan

IMG20160206093444Pesan kuat ini menjadi kesimpulan dari warga Jalan Sukagalih Gang Sukabakti  No.6 Keluarahan Sukabungah Kecamatan Sukajadi Bandung pada Training Parenting Skill.

Banyak anak berada pada hidup yang membosankan, karena dalam enam hari menjalani dunia rutin belajar. Sejatinya dunia anak diisi dengan bermain. Namun karena belajar dianggap kebutuhan anak, seringkali orang tua terhipnotis dengan selembar kertas raport. Namun melupakan sisi sosial kehidupan anak lainnya. Bayangkan kejenuhan pola belajar yang tidak berubah di alami anak diseparuh hidupnya.

Penyadaran ini muncul pada proses Training Parenting Skill yang dilaksanakan di Panti Kuncup Harapan Muhammadiyah.

Salah satu studi kasus yang muncul adalah fenomena sikap anak yang menyimpang. Hal ini disebabkan dari rutinitas yang dijalani anak tanpa disadari orang tua. 12 tahun anak menjalani pola hidup yang tidak berubah. Mulai dari bangun jam 04.30 pagi, kemudian melaksanakan ibadah, 05.30, dilanjutkan berangkat ke sekolah, mulai jam 07.00 sampai jam 15.00, kemudian les. Sampai akhirnya harus sampai rumah jam 20.00. Itupun anak dituntut merapihkan diri dan mengerjakan PR bila ada. Artinya anak baru dapat istirahat sekitar jam 23.30, dan itu berulang setiap hari.

Seketika orang tua mulai sadar perannya dan menanyakan apa yang anak inginkan. Jawaban anak bahwa ia ingin tidak ikut les, bisa libur di hari belajar. Bayangkan beban ini terus ditanggung anak sendirian dengan tuntutan dominasi orang tua. Padahal anak yang mengalami dunia sekolah bukan orangtua.

Kepala Panti Kuncup Harapan Muhammadiyah Bapak Peri Sopian menyampaikan ‘Training Parenting Skill’ akan berlangsung mulai tanggal 6 dan 7 Februari 2016. Secara bergantian orang tua anak dilibatkan mengikuti pelatihan sehari yang dibagi dalam dua kelas, yaitu kelas Ayahanda dan kelas Ibunda. Kami berharap orang tua dapat merefleksikan pengasuhan yang terjadi pada masa mereka kanak kanak dan masa sekarang.

Memang warga kami masih perlu meningkatkan pengetahuannya terutama meningkatkan kualitas pengasuhan. Berbagai kondisi menjadi tantangan buat warga kami, seperti pendidikan rendah, usia pernikahan dini yang tinggi, tingkat perekonomian dibawah rata rata. Secara kuantitas setiap keluarga memiliki 3 anak dengan puluhan ribu KK. Kita dapat menjumpai 1 rumah sampai ada 6 KK, ujarnya.

Program Family Base Care akan berlangsung selama setahun dengan didampingi Dinas Sosial Kota Bandung, Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) dan PP Muhammadiyah. Ini merupakan bagian sosialisasi dan pencegahan sebagai deteksi dini kerentanan dan kerapuhan keluarga.

 

By: Peri Sopian

 

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *