Kemarin saat berbuka puasa bersama sahabat yang menggunakan kursi roda, usai kami aksi simpatik MRAD di bundaran HI, kami berdiskusi serius temanya namun santai gayanya. Di ujung pembicaraan tersebut hati ku merintih mendengar pengakuannya.
Sampai kapan sahabat-sahabat ku ini harus menahan kondisi pedih jika untuk mudik saja mereka tidak bisa melakukannya, bukan karena tidak mampu karena keterbatasannya melainkan fasilitas dan layanan yang tidak tersedia untuk mereka.
Sampai kapan mereka harus menahan buang air yang beresiko kepada kesehatan dirinya, jika fasilitas toilet baik di kendaraan transportasi mau pun di tempat umum belum diadakan. Sehingga mereka harus mandiri membuang hajat dengan pampers atau pispot dan tak heran jika tercium aroma tidak sedap dalam kondisi demikian.
Sampai kapan gerakan mereka merasa terbatas karena ketidak mampuan negara untuk memberikan layanan dan fasilitas yang mereka butuhkan. Pemerintah selalu melihatnya secara kebutuhan materi dan alat bantu namun belum kepada pelayanan umum yang berkelanjutan untuk kehidupan mereka, misal penyediaan personal asisten atau relawan atau pekerja sosial yang di rekrut oleh negara untuk membantu semua orang dengan disabilitas. Sehingga dana yang diberikan dapat membantu operasional bagi personal asisten yang dimaksud. Atau sediakanlah toilet fortable di mall, SPBU, rest area, gedung perkantoran, hotel dan penginapan serta tempat umum lainnya.
Sampai kapan sahabat-sahabat ku ini berharap kepada pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja agar tidak terjadi pemiskinan dan di miskinkan secara masif. Karena banyak diantara mereka yang pintar, cerdas dan mampu memimpin yang memiliki pengetahuan dan ilmu di bidang masing-masing.
Sampai kapan negara harus berbohong karena mengaku telah melakukan dan memenuhi semua kebutuhan disabilitas mulai aturan kebijakan dan penyediaan fasilitas, sementara faktanya semua akses yang dimaksud hanya dalam kontek pemenuhan syarat saja agar dianggap aksessibel. Ketika di konfirmasi saling lempar pada penyedia lainnya dan merasa bukan wewenangnya.