Akhir akhir ini isu agama menjadi sangat penting dibicarakan, mulai dari warung kopi sampai cafe. Sayangnya agama yang bertujuan mengantarkan ketenangan dan kedamaian pemeluknya, lebih diproduksi dan di industri menjadi kerengangan dan ketegangan kehidupan. Situasi ini menyebabkan seluruh elemen masyarakat dan negara sangat khawatir dengan kembali mengingatkan landasan berNegara, Pancasila.
Sebagai narasumber dalam pelatihan Juru Bicara Pancasila yang diadakan Komunitas Bela Indonesia di Lombok, Abdul Moqsith Ghozali menyampaikan adanya ketidakpercayaan yang tinggi terhadap Pancasila. Hal ini mulai dirasakan tajam saat pergolakan Orde Baru sampai masa transisi reformasi. Namun sayangnya peran Pancasila tidak kembali direvitalisasi pada masa transisi demokrasi, sehingga terkesan kita sebagai bangsa mundur ke belakang. Seperti ada generasi yang terputus dan jauh dari semangat merdeka Indonesia saat itu.
Kita seperti kehilangan budaya menghormati antar agama dan kepercayaan antar saudara sebangsa dan setanah air. Padahal praktek baik antar individu, antar agama, alami terjadi ditengah keluarga dan batin kebangsaan kita. Hanya saja jauh dari promotor dan promosi.
Pun jika itu dianggap terjadi karena kemiskinan, sangat tidak beralasan. Kareana pelaku teror berasal dari kelas menengah ke atas dan berpendidikan. Bahkan mengelolanya dengan berjejaring antar kampus. BNPT menyampaikan salah satu kampus besar di Indonesia menjadi tempat penyimpanan senjata.
Untuk itu dari Lombok di Pelatihan Juru Bicara Pancasila saya ingin berdialog langsung dengan 40 perwakilan unsur masyarakat. Apa yang bisa kita bangun kembali dalam rangka menghidupkan kembali landasan dasar Negara Pancasila. Kita akan menjadi saksi 40 peserta yang memiliki fikiran beragam dan terpisah kembali menguatkan komitmen kebangsaan mereka di Nusa Tenggara Barat, tutup Moqsith.
Ilma Sovri Yanti dalam pembukaan Pelatihan Juru Bicara Pancasila menyampaikan mereka yang terpilih akan dilatih memafaatkan sosial media, teknik menulis, skill berdebat, meme, vlog dan saling mempromosikan keragaman. Mereka akan menjadi promotor Pancasila dengan meluaskan informasi hubungan yang baik antar personal, lintas generasi, lintas iman sampai keluarga dan masyarakat yang berada di Lombok.