Denny Januar Ali pegiat puisi esai menggambarkan penderitaan anak 10 tahun dan 12 tahun yang ikut antri sembako para perayaan Forum Untukmu Indonesia.
Dalam baitnya menceritakan bagaimana anak merasakan penderitaan orang tuanya demi segenggam beras. (Puisi terlampir di bawah)
Jasra Putra Komisioner KPAI Hak Sipil dan Partisipasi Anak menyampaikan beberapa hari ini kita diperlihatkan kondisi anak anak yang tidak memiliki pilihan banyak atas situasi mereka.
Lingkungan ramah Anak harus menjadi perhatian banyak pihak, apalagi bagi mereka yang menyertakan anak anak dalam kegiatan massal.
Kisah di CFD dan Monas menunjukkan keterlibatan anak anak dalam acara massal harus dihindari. Karena sewaktu waktu kondisi akan mengancam mereka dan mereka tidak sekuat orang dewasa.
Apalagi berkaitan dengan pemberian bantuan kepada masyarakat, ada regulasi yang kita baca dalam penyaluran bantuan sosial yang memperhatikan beberapa aspek. Saya berharap panitia yang membagi bantuan dengan menyertakan orang banyak agar berkonsultasi ke Kementerian Sosial agar memenuhi standard keamanan.
Apalagi kejadian ini terus berulang dan kedepan akan banyak aksi sosial dibulan amal Ramadhan. Ini perlu menjadi perhatian lebih, bagi masyarakat yang melibatkan massa pada aksi sosialnya. Dan aparat harus mengingatkan pelibatan anak anak sangat beresiko fatal.
KPAI menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban. Dan berharap dapat mengetahui alamatnya untuk takziyah ke rumah orang tua mereka. Mudah mudahan ada media yang mengetahui alamat rumah korban.
Berikut puisi lengkap yang dituliskan Denny Januar Ali:
Bocah Itu pun Tewas
Ketika Antri Sembako di Monas
Ibu, maafkan aku.
Aku ke Monas, tak ijin ibu.
Aku ingin buat kejutan.
Pulang membawa beras (1)
Sejak lama aku sedih.
Kadang aku menangis.
Aku lihat ibu semakin susah
Walau ibu menyembunyikannya.
Aku tahu itu soal beras.
Sengaja aku makan sedikit saja.
Kadang cukup dua kali sehari.
Aku ingin membantu
dengan caraku sendiri.
Menghemat sembako.
Kemarin ada kupon.
pembagian beras di Monas.
Aku bahagia sekali.
Aku juga tak lapor ke Pak RT (2)
Aku ajak temanku,
Ia juga ingin buat kejutan
Hadiah Indomie untuk ibunya.
Aku 12 tahun,
Temanku 10 tahun,
Tapi, asyik,
Kecil- kecil sudah bisa dapat beras,
dapat indomie.
Gratis!
Kami jingkrak berpelukan.
Kami bayangkan betapa ibu akan senang.
Tapi di Monas ramai sekali, Ibu.
Aku di tengah kerumunan.
Badanku kecil.
Sesak nafasku.
Aku menangis memanggil namamu:
“Ibu…”
Tak ada yang peduli
Semua sibuk berebut beras
Semua sibuk ambil Indomie
Badanku lemas, Ibu.
Aku panggil lagi namamu;
Ibuuuuuuuuuu…
Aku pingsan (3).
Temanku lebih dulu pingsan.
Lalu,
Aku terbang ke udara.
Dari jauh kulihat badanku sendiri.
Kata orang aku sudah mati.
Temanku juga mati.
Ia terinjak- injak mereka yang antri (4)
Ampun Ibu,
Aku menangis sekeras-kerasnya
Maafkan aku.
Aku ingin buatmu bahagia.
Memberimu hadiah beras
Tapi bukan beras mengejutkanmu.
Aku malah tak lagi bisa memelukmu.
Ibu malah kehilanganku
Maafkan aku, Ibu
Maafkan aku
Tak bisa pulang membawa beras.
Mei 2018