Tidak dipungkiri kondisi anak anak akibat gempa dan tsunami dahsyat menghantam kota Palu dan Kabupaten Donggala telah menyebabkan keterpisahan anak. Febraldi dari Direktorat Anak Kementerian Sosial mencatat sudah 7 anak yang dipertemukan kembali dengan keluarganya. Diluar itu yang terbanyak adalah laporan dari masyarakat atau lembaga tentang situasi anak anak yang pindah pengasuhan karena berbagai hal. Seperti orang tua masih dalam penanganan medis dan kedua orang tuanya meninggal.
Ada 3 program yang dilakukan, pertama pencegahan dan penanganan kasus anak terpisah, kedua pencegahan dan penanganan kasus kekerasan dan ketiga layanan dukungan psikososial untuk anak setiap sore. Ada 9 titik yaitu di Balaroa, Petobo, Kawatuna, Fatulemo, Banawa Donggala, Mamboro Bora, Desa Sambo Sigi, Kelurahan Duyu. Dengan total 2390 anak yang terlayani.
Dari program ini ada 101 permintaan penelusuran anak yang 71 registrasi langsung dan 30 tidak langsung. Kendala yang dihadapi masih menunggu data akurat dari pemerintah guna penelusuran lebih lanjut. Selain itu sudah 3 kasus kekerasan.
Ahmad Suhari Sekjen Forum Nasional Panti Sosial Asuhan Anak menyampaikan akan berkoordinasi dengan panti se Sulawesi Tengah guna membantu penelusuran anak. Begitupun data anak anak yang sudah keluar dari Sulawesi Tengah agar segera dapat terdata dengan baik. Saat gempa banyak anak panti diambil keluarga, saudaranya, sampai keluar kota, luar propinsi. Untuk itu perlu didata kembali, untuk memastikan pengasuhan anak anak. Panti panti dapat menjaga dan merekomendasinya dengan tetap berkoordinasi di Klaster Nasional Perlindungan Anak agar tercatat dan dapat dipastikan aman.
Menghimbau bagi semua pihak yang tahu anak anak terlepas dari keluarganya, anak anak yang dititipkan untuk melapor di Sekretariat Bersama untuk sub Klaster Perlindungan Anak di Kantor Dinas Sosial Propinsi Sulawesi Tengah yang beralamat Jalan Moh Yamin No. 10 Kota Palu. Untuk layanan telepon dapat menghubungi 0877 1150 0771 atau 0813 4112 3749 akan dilayani oleh Pekerja Sosial.