Home / KBAI Reportase / Pak Menhub Terima Kasih Sudah Wujudkan Mimpi Mudikku

Pak Menhub Terima Kasih Sudah Wujudkan Mimpi Mudikku

Hidup adalah sebuah kerahasiaan yang tidak akan pernah bisa ditebak, apa yang akan terjadi nanti? Hidup seperti roda berputar, yang tidak akan pernah tahu kapan putarannya memihakku.

Begitulah pembukaan sebuah tulisan yang dikirimkan Budi Pramono pada rilis yang disebar di Whatsapp oleh panitia Mudik Ramah Anak dan Disabilitas. Ia menceritakan pengalaman Mudik pertama kali dengan menggunakan kursi roda.

Kisah ini berawal dari sebuah perjalanan mudik yang dilakukannya 2018. Maklum saja, dulu aktifitas Mudik tidak perlu kekhawatiran berlebihan. Namun sekarang yang hinggap adalah rasa kecemasan, ada sebuah ketakutan, ada keraguan untuk mengikuti tradisi mudik.

Budi menikmati kampung halaman Kebumen
Budi menikmati kampung halaman Kebumen

Terakhir aku mudik ke kampung halaman pada tahun 2013, ke Semarang dan Purwojati. Semarang adalah kampung Bapak dan Purwojati kampong Ibuku. Sampai masuk Ramadhan 2018 ini, kerinduanku pada kampung tak bisa kubohongi.

Berkelana jauh dalam bayangan kampung di akhir bulan Ramadhan, rumah kayu, teman teman, suasana alam, keasrian, serta hangatnya sapaan, menguatkan diriku untuk memberanikan diri ‘pulang’. Meski itu hal tak mudah kulakukan sekarang. Dan keluargaku butuh penjelasan akan keinginan kuatku ini. Tahu kenapa?

Aku pikir jatuh duduk waktu itu tidak berdampak apa apa, ternyata aku salah. Seiring berjalan waktu, kondisi badanku berangsur angsur menurun. Aku meyakini untuk tetap berdiri, semakin usahaku kuat, semakin getaran kakiku menghebat dan akhirnya terjatuh, suaraku mulai tidak jelas saat mengucapkan kata-kata, meski aku tidak tuli. Sejak kejadian itu tulang pinggangku berubah. Dan mulai memakai Kursi Roda.

Sebenarnya niat Mudik sudah lama, namun selalu tidak pas momentumnya. Itu tadi, karena tidak mudah bagiku menjelaskan dengan segala kondisinya. Tahun 2016 aku mendapatkan informasi ujicoba mudik gratis disabililitas yang akses, dengan nama MRAD yang berarti Mudik Ramah Anak dan Disabililitas dengan menggunakan mobil travel akses milik Kementerian Sosial.

Aku pikir itu adalah kesempatan untuk aku melepaskan rindu pada kampung halaman orang tuaku, lagi pula ini menggunakan kendaraan akses. Aku akan daftar. Waktu itu aku mendaftar lewat Mas Farid, walaupun tidak pernah berjumpa, aku sering chat dengannya. Belakangan orang yang aktif pemerhati disabilitas itu, baru saya tahu, ternyata Inisiator MRAD. Tetapi mudik waktu itu harus aku urungkan. Karena kantor bapakku belum libur, maka aku mengundurkan diri, sedihnya….

Menteri Perhubungan Bapak Budi Karya Sumadi mendampingi difabel kursi roda masuk ke Bus Akses Penyandang Disabilitas milik Dinas Perhubungan Jawa Barat
Menteri Perhubungan Bapak Budi Karya Sumadi mendampingi difabel kursi roda masuk ke Bus Akses Penyandang Disabilitas milik Dinas Perhubungan Jawa Barat di Halaman Wisma Bank Mandiri Thamrin

2017 aku kembali mendaftar MRAD, semoga keberangkatanku pas dengan bapak libur kerja. Ternyata harus diurungkan kembali. Karena bapakku belum juga mendapatkan libur kerja. Kebayang kan perasaanku 2 tahun meyakinkan bisa Mudik, baik ke keluarga maupun diriku sendiri.

Saat ini, 2018 aku mendaftar kembali, hihihi sedikit malu sebab sudah dua kali mendaftar dan selalu aku gagalkan, pasti kamu tahu rasa Maluku. Hihihi… Kebayang kan, jika aku masih menjunjung atau mengutamakan rasa Maluku, aku tidak pernah hidup dan pernah merasakan hidup bersama anggota tubuh baruku (kursi roda).

Alhamdulillah MRAD 2018 kini tepat dengan libur kerja bapak. Walaupun masih ada hambatan menuju kampung. Orang tuaku memikirkan akses nanti di kampung. Bagaimana aku bisa ke toliet? Kebayangkan, bila aku dikampung satu minggu bertahan tidak ke belakang sampai arus balik ke bandung. Aku katakan kepada orang tua ku “gampang”. Walaupun aku merasakan takut, cemas, khawatir. Aku yakinkan orang tuaku, kita harus coba, mana bakalan tahu apa solusi dari sebuah hambatan.

Tapi kekhawatiran orang tuaku ada benarnya lo. Karena itu terjadi dengan teman temanku, bagaimana difabel harus mengosongkan perut ketika perjalanan, karena khawatir harus ke kamar mandi atau pipis di tempat. Hihihi… Karena tidak muda mengakses toilet di perjalanan maupun di kendaraan. Bahkan ada yang mengalami dehidrasi karena bertahan tidak minum. Tapi mudah mudahan dengan regulator yang baru Kemenhub 98 tahun 2017 tentang Penyediaan Jasa Transportasi Akses mulai mengurangi kekhawatiran teman temanku.

Yang sebenarnya telah ada sejak 1999 dengan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Aksessibilitas pada Sarana dan Prasarana. Juga Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Membangun Fasilitas dan Aksessibilitas Bangunan, Gedung dan Lingkungan pada 2006. Kita berharap regulasi ini terus berjalan efektif memberi akses pada difabel. Yang sebenarnya juga memberi kemanfaatan pada lansia, orang sakit dan anak anak.

Lanjut ke cerita perjalanan Mudikku, 8 Juni aku berkumpul di halaman Bank Syariah Mandiri Bandung yang difasilitasi teman teman Bandung Independent Living Center atau BILIC. Sore ini, aku bersama pemudik lainnya akan dilepas menuju Jakarta. Guna pelepasan MRAD 2018 bersama Pak Menteri Budi Karya Sumadi.

Bapak Ari Wibowo Dinas Perhubungan Kota Surakarta melepas arus balik pemudik difabel kursi roda dari BBRSBD Solo (19/6/2018)
Bapak Ari Wibowo Dinas Perhubungan Kota Surakarta melepas arus balik pemudik difabel kursi roda dari BBRSBD Solo (19/6/2018)

Paginya 9 Juni menuju halaman Bank Syariah Mandiri Thamrin Jakarta, aku disambut panitia MRAD dan bertemu dengan teman-teman baru yang sama sama ikut fasilitas mudik gratis MRAD. Tapi sayangnya ketika tanya tentang aku, kok nanyanya pada ke orang tuaku yaa..? Aah itu sudah biasa kok bagiku, bertanya tentang aku, tapi nanya ke orang tuaku atau orang yang ada di sebelahku. Ya maklum saja memang perlu interaksi berulang kali. Agar mereka tahu bagaimana caranya mengobrol dengan ku.

Seperti yang aku bilang, anggap aku seperti kamu, jika kamu tidak mengerti bilang saja yaa, nanti aku akan ketikan lewat hp apa yang ingin aku ucapkan. Tapi aku bahagia bertemu dengan teman-teman yang baru.

Di halaman Wisma Bank Syariah Mandiri Thamrin aku sempat dihampiri Pak Menhub Budi Karya Sumadi. Siapa yang nggak bangga dihampiri orang penting tentu banyak hal yang ingin disampaikan.

Apalagi ini Mudik pertamaku berkursi roda. Tentu banyak harapan kepada beliau sebagai pemegang regulasi penyediaan sarana transportasi akses. Bagi saya yang difabel, ingin sekali memberi masukan pengalaman bertransportasi massal. Hanya kondisiku yang sebenarnya bisa komunikasi, belum dipahami sepenuhnya. Bener kata orang orang ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’. Memang perlu ketemu lagi sama Pak Menteri. Semoga beliau baca tulisanku ini.

Namun aku melihat kesungguhan wajah Pak Menteri menatapku, bahkan ia menunjukkan perhatiannya dengang memegang wajahku dan mendekatkan ke wajahnya. Memang waktu itu kunjungan Pak Menteri teramat singkat karena harus mengejar penerbangan ke Surabaya. Kabar panitia kedatangan Pak Menteri adalah komitmennya ketika diundang H-1 acara. Kebayangkan dengan kesibukan beliau memberi waktu untuk hadir. Apresiasi luar biasa buat Pak Menhub. Semoga bisa ketemu lagi.

Mudik ini sungguh nyaman bagiku. Disediakan kasur dan toilet portabel oleh panitia dalam kendaraan, duduk di kursi roda berjam jam membuat lelah dan panas badan dibagian belakang, berbeda dengan duduk di sofa, aku kuat duduk hehehe tetapi sambil tiduran. Apalagi 28 pemudik kursi roda akan dijemput kembali pada arus balik dengan tujuan Bandung dan Jabodetabek dari 180 keluarga penyandang disabilitas yang diberangkatkan.

Toilet portabel memang sangat penting, karena seringkali rest area penuh, belum lagi pengalamanku mengakses kamar mandi umum tidak mudah, bisa masuk buat kursi roda tapi pintunya nggak bisa ditutup.

Saya juga terharu cerita teman teman pemudik lainnya di Bus Akses. Yang tahun ini juga advokasi ke rumah ibadah bekerjasama dengan Pemuda Muhammadiyah. Meski mereka sudah mudik gratis MRAD 3 kali. Namun mendengar tak mudah mereka ibadah tarawih dan ke Masjid mengingatkan kesulitan saya juga. Kebayang nikmatnya ibadah ramadhan dan lebaran dari Masjid. Namun memang benar, aksesnya masih kurang.

Yaa… aku sangat nyaman ikut mudik gratis ini, dan juga disediakan makan pula di rumah makan. Saat itu aku ingin katakan, “hayo turun, kita makan disana jangan makan di dalam bus, kita perlihatkan keberadaan kita pada mereka”.

Tetapi aku tidak bisa mengatakan itu, sebab mungkin terlihat lelah dan aku pun merasakan lelah yang sama akibat perjalanan. Belum lagi kemungkinan menuju tempat makan dan toilet yang belum bisa dilewati kursi roda.

Namun aku cukup bahagia dengan mudik gratis ini, yang akses bagi pengguna kursi roda. Aku juga bisa bersilaturami dan sekaligus melepaskan rindu ku pada suasana kampung halaman orang tuaku. Sambil membayangkan diri kecilku yang berlari di tengah kampung dan pematang sawah.

Kini, Kursi Roda menjadi anggota tubuhku yang baru. Karena semua aktifitas dimulai dari sini. Karena anggota tubuh rasanya tidak nyaman bila ada yang menyentuhnya begitu saja. Karena bila tidak paham menyentuh dan membantu, justru bisa membahayakan seluruh tubuhku. Yaa seperti apa kataku, hidup itu penuh kerahasiaan, kita tidak akan pernah bisa menebak apa yang akan terjadi nanti. Jadi aku menyarankan kepada teman temanku lainnya, untuk lebih bergerak bersama difabel dan jangan menunggu sampai difabel. Pengalamanku menjadi pelajaran bersama.

Mohon Maaf Lahir Batin ya semua

Salam dari aku,

Muhammad Budi Pramomo

Bapak Ari Wibowo Kepala Lau Lintas dan Angkutan Lebaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta mendapingi difabel kursi roda menaiki bus akses Dishub Jabar (19/6/2018)
Bapak Ari Wibowo Kepala Bidang Lalu Lintas dan Ketua Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta mendampingi difabel kursi roda menaiki bus akses Dishub Jabar di BBRSBD Solo (19/6/2018)

Demikian kisah Budi Pramono mudik dari Bandung menuju Purwojati Jawa Tengah. Sekarang Budi sudah kembali pulang menempuh arus balik pada 19 Juni kemarin, dengan dilepas Bapak Ari Wibowo Kepala Lalu Lintas dan Angkutan Lebaran Dinas Perhubungan Surakarta bersama Bank Syariah Mandiri, BBRSBD Solo Kemensos, Bank Syariah Mandiri, Lazismu dan Kokam Pemuda Muhammadiyah. Terima kasih untuk Budi yang sudah mengirimkan pengalaman mudik pertama kalinya dengan Kursi Roda.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: