Home / KBAI Reportase / Menjemput Cahaya Indonesia Dari Timur

Menjemput Cahaya Indonesia Dari Timur

Bersauh, berlayar dan berlabuh adalah kata yang sudah lama tak terdengar. Tapi pagi ini angin laut menyapaku untuk kembali menjelajah samudera dari pelabuhan Tanjung Priok pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia yang terletak di Jakarta Utara menuju Tanjung Perak Surabaya, setelah sekian lama tak menggunakan transportasi laut.

Bersama 35 teman dari Cetar Community, kami ingin menjemput warisan bahari itu. Ya, karena memang nenek moyangku seorang pelaut. Makanya meski Indonesia berdiri di atas 17 ribu pulau untuk komitmen maritimnya tidak diragukan. Sehingga persaudaraan antar pulau, suku, budaya, etnis, terjaga kemashurannya sejak dulu. Tentunya dengan jaman yang semakin maju, komitmen menjaga Indonesia dari samudera semakin kuat.

Seperti kita ketahui bahwa PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PELNI adalah sebuah badan usaha milik negara yang bergerak di bidang pelayaran, angkutan penumpang dan barang. Hingga tahun 2020, Pelni telah mengoperasikan 26 unit kapal penumpang, 53 unit kapal perintis, 8 unit kapal Tol Laut, 4 unit kapal kargo, 1 unit kapal ternak, dan 20 unit kapal rede. Kapal-kapal Pelni secara rutin menyinggahi 91 pelabuhan di Indonesia.

Menurut Komisaris Independen Pelni, Kristia Budiyarto menyampaikan dalam sambutannya di acara Jokowi Berlayar (30/7) “Saat ini Pelni mengoperasikan 26 kapal penumpang dan menyinggahi 76 pelabuhan serta melayani 1.058 ruas. Untuk itu Pelni sebagai operator dalam program Tol Laut telah menjalankan tugasnya hingga menyentuh wilayah 3T seluruh pelosok Nusantara”.

Dalam perjalanan kali ini saya dan teman teman mengikuti program berlayar bersama #TemanPelni untuk empat hari kedepan dengan menumpang KM Umsini milik Pelni dengan rute Riau-Jakarta-Surabaya-Makassar-Flores-Papua.

Nama Umsini diambil dari nama gunung yang terletak di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Kapal Umsini merupakan salah satu dari kapal penumpang milik Pelni yang diproduksi oleh pabrik kapal asal Papenburg, Jerman, Meyer Werft. Kapal ini merupakan buatan tahun 1985 dengan total kapasitas penumpang sebanyak 1737 orang.

Kisah pelayaran

Karena Kapal Umsini cukup memenuhi kapasitas penumpang, ragam kelompok dan keluarga dapat ditemui disini. Seperti pagi hari saya bertemu dengan suami isteri yang memiliki sepasang anak berusia 7th dan 5th. Kehadiran keluarga kecil ini menarik hati saya untuk berdialog dengan mereka.

“Hallo adik ganteng, adik manis….nyong, nona siapa punya nama?” Saya mulai menyapa dua bocah yang telah selesai memfoto orang tuanya, yang di jawab senyum ceria anak dan sapaan ramah kedua orang tuanya.

Keluarga Petrus Woda hendak mengantar anak sulung mereka untuk tinggal dan sekolah di Maumere. Setelah itu Petrus Woda dan istri kembali lagi ke Jakarta untuk bekerja.

Mendengar nama Maumere terbayang keindahan alamnya Indonesia Timur dengan teluk Maumere taman laut terindah dan tenun khasnya nan cantik. Jadi tak salah Maumere di sebut ‘hidden gems’ sejuta pesona Indonesia.

Kembali ngobrol singkat dengan istri Petrus Woda, Wandama.

Sudah sering ya Usi (panggilan kehormatan) naik kapal laut?

Wandama mengatakan bahwa keluarganya memilih menggunakan kapal laut sebagai transportasi antar pulau. Memilih naik kapal laut karena di samping harga ticket ekonomis, kapal juga aman dan nyaman membawa anak. Di atas kapal bisa memilih spot untuk istirahat bila tidak dapat kamar. Namun Wandama dan anak anaknya dapat kamar bagi mereka sebuah kemewahan karena aman, bersih dan cukup dapat beristirahat dengan baik mengingat perjalanan mereka 4 malam 5 hari baru sampai di kampung mereka di sebuah desa di Maumere.

Di kapal apakah membeli makanan?

Kedua anak Wandama mendapat makanan yang sama dengan orang tua mereka. Selama di atas kapal disediakan makanan nasi dan lauk untuk 3 kali makan.

Manajer Penjualan dan Pengelolaan Pelanggan Komersial PT Pelni, Anita Lestari mengungkapkan, Pelni menyediakan makanan hingga tiga kali dalam sehari yang disediakan di atas kapal.

Anak anak membeli ticket?

Menurut Wandama kedua anaknya membeli ticket dengan harga yang sama 463K dengan fasilitas makan, juga kamar kabin. Sehingga satu keluarga dapat beristirahat layak di atas kapal.

Ada fasilitas lainnya diatas kapal?

Selain kamar kabin dan konsumsi, di atas kapal juga ada fasilitas ibadah untuk kebaktian mau pun mesjid. Selain ada klinik kesehatan, bioskop bayangan dan game PS 3 juga ada Pelni Mart dan Butik untuk oleh-oleh serta ruang salon dan pantry untuk melayani makanan bagi tamu undangan.

Kristia Budiyarto menjelaskan juga bahwa belum semua kapal memiliki fasilitas lengkap seperti yang disebutkan, namun Pelni berusaha memenuhi untuk semua jenis kapal.

Jadi flashback ke masa lalu, begitu tidak mudahnya menempuh perjalanan jauh, apalagi dari Jakarta sampai Papua, karena biaya penerbangan yang lumayan menguras saku. Tetapi dengan adanya PT PELNI bersama kapalnya, masyarakat Indonesia bisa berharap dapat bertemu saudara saudaranya dari berbagai daerah dengan pembiayaan yang lebih terjangkau.

Melihat cahaya dari timur, terlihat ada harapan besar Indonesia. Membayangkan diri yang tak pernah mampu melihat Indonesia seutuhnya. Namun dengan menaiki KM Umsini jadi yakin perjalanan jauh pun dapat di tempuh dengan ekonomis dan merdeka, perjalanan yang panjang pun tak terasa, karena fasilitas. Tapi yang lebih penting, adalah pencarian hidupku selama ini, yaitu bertemu saudara saudaraku Indonesia dari timur sana. Karena apa lagi yang ingin kita harap dalam hidup ini, selain punya saudara saudara baru. Karena dari sanalah kita mampu menatap Indonesia jauh kedepan.

Pemred KBAI,

Ilma Sovri Yanti Ilyas

Check Also

Catur Sigit: Mudik Inklusi Disabilitas Tempuh Arus Balik

Mudik Inklusi Ramah Anak dan Disabilitas (MIRAD), yang sebelumnya pada arus mudik memberangkatkan 278 disabilitas, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: