Suasana riung di rumah Ganjar Pranowo lebih ceria. Dengan wajah para Komunitas Sahabat Difabel yang diundang sowan kerumahnya.
Acara berlangsung lesehan, nikmatnya sruput teh pagi itu membuat tidak terasa sudah 1 1/2 jam bersua.
Banyak hal yang kita sampaikan kepada beliau mengenai aksesibilitas dan pemenuhan hak disabilitas, kata Didik Sugiyanto dari pengguna kursi roda.
Dalam kesempatan itu saya tantang beliau untuk bersepeda bareng dan langsung di jawab “Ya kapan..??” Tentunya ini apresiasi untuk Komunitas Sahabat Difabel yang rajin melakukan jalan jalan edukasi aksessibilitas.
Rencananya kita akan bersepeda dengan beliau dan saya akan memakai modifikasi sepeda dari kursi roda.
Dengan kehadiran Bapak tentu saja menjadi kesempatan kami mengajak lebih luas lagi, guna memperluas edukasi, dalam penyandang disabilitas mengakses kota kota di Jawa Tengah.
Dan ini jadi motivasi juga buat penggerak Komunitas Sahabat Difabel di kota lainnya di Jawa Tengah
Sebelum pulang adik Salwa menyerahkan hasil lukisannya yang dibuat dengan kakinya. Mbak Ida juga menjelaskan bagaimana proses membuat batik wayang.
Beliau tidak ingin terima bila teman teman penyandang disabilitas tidak menerima apresiasi darinya. Akhirnya beliau membayar kedua souvenir tersebut.
Sebelumnya disaat yang bersamaan Komunitas Sahabat Difabel dikabarkan Pak Tommy Said Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, bahwa patok yang menghalangi kursi roda melewati trotoar di Jalan Pierre Tendean sudah dicabut.