Kisah NF Yang Harus Jadi Momentum Perbaikan Rehabilitasi

Tekanan hidup yang tidak seharusnya dialami seorang anak kecil NF. Membuka kembali lembaran kelam atas sikap permisif lingkungan atas respon salah dalam penanganan korban kekerasan seksual. Meski kisah hidupnya digambarkan dalam lembaran kertas, namun tidak ada yang bisa mendeteksinya sejak awal.

Sejak di keluarga menjadi korban lingkungan, stigma korban perkosaan, posisi lemah (relasi kuasa), hingga tidak punya tempat sebagai anak untuk menceritakan hal kelam dalam hidupnya.

Beban anak yang tidak seharus ditanggungnya diumurnya yang masih kecil, menyerang reaksi kecerdasan emosi yang lemah, sehingga bereaksi pada beban mental dan menjadi penyaluran yang ekstrim, yang sebenarnya adalah kesakitannya pada lingkungan yang tidak terungkap.

Berharap proses persidangan bisa membuka semua mata kita. Memaknai kondisi NF harus menjadi kesadaran kolektif bersama, bahwa masih sulitnya kekerasan, sadisme yang terjadi pada anak anak tidak dapat terdeteksi dini, dan tidak ada yang dimandatkan merespon awal, dalam memperbaiki hubungan antar anggota keluarga dan lingkungan. Ini tentu sangat menyakitkan bagi NF yang tidak bisa mengekspresikan lingkungan yang sakit di sekitar NF.

Sekali lagi kita mengingatkan negara harus siap merehabilitasi korban perkosaan sepanjang hidupnya, dan tidak bisa ditangani satu sektor. Saat ini pemerintah merasa aman dengan penanganan yang ada, tapi dampak penanganan yang salah juga akan membawa sejarah panjang NF menghadapi masa depannya.

Seperti rehabilitasi yang akan berhenti setiap saat, setelah tidak banyak yang perhatian lagi kepadanya. Karena setelah itu NF akan merasakan penderitaan yang.lebih panjang dengan bertemu para pelaku, harus hidup dengan orang orang terdekat yang melakukan kekerasan, dan ketika dewasa menyaksikan datanya gamblang dan jadi pembahasan tanpa mengerti situasi dan kondisinya nanti. Bagi saya inilah momentum perbaikan rehabilitasi. Yang harusnya belajar, dengan NF melanjutkan warisan kekerasan. Yang tidak akan pernah berhenti. Perlu paradigma yang baik dalam melihat masa depan para korban kejahatan seksual.

Bayangkan seorang anak yang baru mengenal dan mencoba memahami kehidupan, mengalami guncangan diri dari kekerasan yang harusnya tidak ia terima. Kemudian tidak ada ruang bercerita, dan ia dibayangi ketakutan setiap membayangkan kisah hidup dan keluarganya yang mungkin tidak mengerti.

Ada penderitaan panjang anak dan tidak ada sistem yang bisa mendeteksi dalam penderitaannyanyang cukup panjang, hingga akhirnya kekerasan menjadi jawaban untuk menghilangkan penderitaannya.

Kita berhadapan dengan pekerjaan rumah yang besar tentang rehabilitasi para korban kejahatan seksual, sebagaimana yang disampaikan dalam RUU Pengasuhan Anak dan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang harusnya menjadi momentum perubahan paradigma penanganan kekerasan kejahatan seksual anak. Betapa referral sistem penting berjalan secara kolektif dan komperhensif. Karena perlu berbagai disiplin dalam penanganan.

Situasi Covid 19 dan berbagai protokol kesehatan yang dibuat anak bisa mandul, terancam tidak dapat berjalan baik. Jika payung hukum kondisi anak seperti NF dan anak anak yang lain tidak kuat. Ini tantangan buat sistem negara ini dalam membangun secara utuh perlindungan anak.

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *