Home / Liputan Khusus / Isyarat Darurat ‘Kekerasan Anak’ Tidak Terhenti Sampai Hari Ini

Isyarat Darurat ‘Kekerasan Anak’ Tidak Terhenti Sampai Hari Ini

KPPPA_Stop Kejahatan Seksual Anak

Kisah anak berumur 17 tahun melacurkan diri, padahal orang tuanya mempunyai kekayaan lebih dari 2 M menghiasi pertemuan aliansi pengasuhan berbasis keluarga. Kisah anak tersebut menyita perhatian para anggota aliansi dan mengingatkan para orang tua akan pentingnya memperhatikan luka batin anak.

Hal ini disebabkan ayahnya yang selalu menyikapi tingkah laku anak dengan memarahinya. Dan itu menghiasi setiap laku diamnya karena dimarahi sang ayah. Dan ayah tak pernah bertanya mengapa anaknya diam, dalam hati ayah menganggap anaknya amat penurut. Dalam kasus ini anak juga tidak terselamatkan dilingkungan keduanya setelah keluarga, yaitu lingkungan pendidikan.

Anak anak yang mendapatkan kekerasan dan terbiasa hidup didaerah yang tidak sehat secara lingkunganya menyebabkan rentan untuk menjadi pelanggar hukum dan rentan juga untuk diekploitasi. 100% anak pengguna narkoba membuktikan dikarenakan kegagalan dalam pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah. Jarang sekali ditemukan anak narkoba berasal dari keluarga harmonis atau anak yang dilacurkan dari keluarga harmonis.

Namun di jaman sekarang kita juga banyak tertipu dengan keluarga yang kelihatan harmonis akibat status social media atau jabatan orang tua. Sehingga keluarga sering terlewat begitu saja. Akibat hal ini lingkungan tidak banyak memberikan perhatian terhadap keluarga mereka. Yang juga menyebabkkan anak rentan masuk ke pelanggaran hukum dan eksploitasi. Dalam logikanya sebenarnya tidak ada orang tua yang jahat. Yang ada adalah orang tua yang bingung mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan anak.

Kemunculan kasus anak seperti Engeline, PNF di Kali Deres menyita perhatian publik. Semua orang membicarakan keprihatinan, namun bisa dikatakan tidak dapat melakukan banyak hal. Karena tidak bisa dilawan dalam arti lingkungan kita juga potensi terjadi hal tersebut. Karena dilingkungan kita sendiri belum ada system perlindungan anak. Belum ada anak yang tergerak melapor, dan jika ingin melapor anak anak atau masyarakat harus kemana? Hal ini perlu disikapi berbagai pihak dengan cepat.

Pemerintah pun perlu menyikapinya dengan membangun kebijakan dan perubahan system. Karena dengan sekian banyak produk peraturan, namun deteksi dini kekerasan anak belum dapat terjadi di sekitar kita. Bahwa permasalahan anak sudah ada sejak dulu. Apa dengan di isyarakan darurat kemudian mengurangi kekerasan anak di sekitar kita. Ini yang harus jadi renungan kita bersama.

Permasalahan anak sebenarnya sudah dapat dideteksi semenjak dikeluarga. Misal orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi, orang tua bercerai, orang tua berpoligami, orang tua meninggal dan orang tua meninggalkan tanggung jawab. Sejak inilah sebenarnya anak anak sudah menghadapi masa sulit dalam menjalani kehidupan.

Seperti anak korban perceraian, banyak yang sukses jiwanya bila segera mendapatkan peran pengganti orang tua yang dapat mencurahkan kasih sayangnya. Ada juga kisah di kampung yang orang tuanya malu jika anak tidak dinikahkan. Akhirnya orang tua menjadi terhormat ketika anak sudah dinikahkan. Padahal anak mengalami eksploitasi seksual yang dilakukan oleh orang tua sendiri. Akhirnya banyak kisah anak anak yang tidak punya banyak pilihan dalam menggapai cita-cita akibat fenomena sosial ini.

Ada juga para peneliti dan lembaga yang menggunakan anak sebagai obyek kerja penelitiannya dan sampai sekarang akibat penelitian itu anak sama sekali tidak mendapatkan manfaat baik secara akedemis maupun pada masa depannya. Ada baiknya setiap penelitian yang melibatkan anak, anak dijelaskan manfaat kegiatan itu untuk dirinya.

Butuh kehadiran dari lingkungan untuk menggantikan peran peran ini. Dan Negara punya tugas besar untuk mewujudkannya secara sistemik sampai di unit terkecil yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: