Herman Gmeiner Award Pilih Anak Indonesia

Sebuah lembaga perlindungan anak yang lahir tahun 1949 di dunia memberikan penghargaan kepada anak Indonesia setelah melakukan seleksi di beberapa Negara.

Ia adalah Maria Anggelina yang disapa Angge. Angge kecil adalah seorang anak asuh yang sedari kecil hidup di SOS Childrens Viilages Flores. Sebuah lembaga nirlaba bergerak dalam bidang pengasuhan anak sejak 1972 di Indonesia.

Lembaga ini telah membesarkan Angge menjadi seorang guru Taman Kanak Kanak atau TK. Namun pengabdiannya pada bidang pendidikan tidak menyurutkannya untuk tidak peduli kepada kondisi Batam.

Menjadi seorang relawan yang giat menangani trafikking di Kota Batam menjadi pilihan sosial melihat keprihatinan anak anak yang terperangkap kepada kejahatan jual beli manusia.

Keprihatinanya kepada trafikking di Kota Batam telah mengantarkan kisah seluruh hidupnya yang dianggap memiliki kepedulian besar. Meski berasal dari anak yang kurang beruntung dan hidup di lembaga pengasuhan anak, Angge besar menjadi penyelamat anak anak di sekitarnya yang mengalami trafikking.

Setidaknya 40 korban telah diselamatkan dan dapat kembali ke kampung halaman mereka. Angge terpanggil melihat berbagai kasus anak-anak yang berasal dari kampung halamannya sendiri yaitu Flores, telah menjadi korban dalam aksi kejahatan perdagangan manusia.

Angge berterima kasih kepada sahabat sahabatnya yang telah mendukung selama ini, mulai dari aparat penegak hukum, jejaring perlindungan sosial dan jejaring perlindungan anak dalam bersama sama memerangi kejahatan perdagangan manusia di pulau tersebut.

Yanto Mulya Pibiwanto Ketua Panti se Indonesia atau Forum Nasional Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan Panti Sosial Asuhan Anak mengapresiasi penghargaan Herman Gmeiner Award yang di terima Angge.

Baginya ini penghargaan untuk seluruh anak anak yang hidup di lembaga pengasuhan. Bahwa meski mereka lepas pengasuhan orang tua namun tetap bisa berprestasi dunia.

Anak anak yang hidup di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak mempunyai kesempatan yang sama seperti anak anak lainnya. Dengan pengasuhan berbasis keluarga yang di lakukan SOS telah membentuk Angge menjadi anak yang tangguh dan terpanggil membantu sesama anak anak yang mengalami perlakuan buruk seperti trafikking.

Indonesia patut bangga memiliki anak yang hidup dari lembaga pengasuhan, namun tetap mewarisi kerja kerja perlindungan anak, apresiasi Yanto.

Herman Gmeiner adalah pendiri desa anak SOS Childrens Village Internasional. Sudah 500 desa di 135 negara yang terinspirasi meneruskan cita citanya pasca perang dunia ke 2 menyelamatkan anak anak korban perang.

Herman Gmeiner Award tahun ini memiliki tema Strong Children – Strong Future. Herman almarhum ingin memberikan penghormatan terhadap mereka yang pernah dibesarkan dari lembaga ini dan berhasil menjadi panutan.

SOS Childrens Villages Indonesia memiliki 2 model pengasuhan anak melalui Family Strengthening Programme dan Family Based Care dimana keluarga diperkuat dan menyiapkan shelter sementara untuk membantu setiap keluarga yang membutuhkan.

Tahun ini beberapa Negara yang masuk seleksi final adalah Finlandia, Panama, Belarus, India, Bangladesh, Burundi dan Indonesia. Melalui website https://www.sos-childrensvillages.org lembaga internasional ini mengajak seluruh dunia memilih mereka.

Di Indonesia desa anak SOS berada di Banda Aceh, Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Bali dan Flores. Puluhan ribu anak dan keluarga sedang berjuang menggapai masa depan mereka melalui pendampingan lembaga ini.

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *