Dunia merayakan hari Anak Universal setiap tanggal 20 November. Satuan Tugas Perlindungan Anak (Satgas PA) menggagas perayaan ini untuk diadakan di tempat pengungsian anak korban konflik Sampang yang sudah memasuki tahun ketiga tinggal di rusun Puspa Agro Sidoarjo Jawa Timur. Sebelumnya sempat ditampung di GOR Sampang ketika Agustus 2012 konflik kekerasan berupa pembakaran dan pengusiran warga Syiah didua desa terjadi.
Kali ini Satgas PA mengajak Kementerian Sosial RI untuk datang mengunjungi 155 anak di pengungsian Rusunawa Puspa Agro Jemundo Jawa Timur. Kemensos yang diwakili Ibu Puji Astuti Santoso Kasubdit Anak Membutuhkan Perlindungan Khusus, hadir ditengah anak anak dengan bersahabat mengajak anak berkomunikasi dan bercerita, bermain dan mendampingi lomba mewarnai.
Sebelumnya dengan didampingi Kontras Surabaya dan Satgas PA, tim Kemensos bertemu dengan pemimpin kelompok Syiah Sampang Ustad Tajul Muluk yang sempat dipidana saat peristiwa konflik terjadi. Dalam pertemuan itu Ustad Tajul menceritakan kondisi anak anak hidup di pengungsian dengan mendapat penguatan dari orang tua masing masing jika anak bertanya dan meminta untuk pulang ke kampung. Kesedihan sebagai orang tua tidak dapat ditutupi saat menjawab pertanyaan anak, karena ketidak mampuan menjawab kapan mereka dapat kembali ke kampung.
Seperti warga dua desa Sampang Madura yaitu dusun Karang Gayam dan Blu’uran yang telah menjadi pengungsi sejak tahun 2012, sudah dua kali kampung mereka di bakar pada tahun 2011 dan 2012. Terhitung dari dua kejadian ini sudah 6 kali hidup berpindah pindah. Sudah 11 bayi lahir di pengungsian, 3 orang meninggal, 5 anak pindah sekolah karena didiskriminasi dan mendapat perlakuan kekerasan oleh teman dan dibiarkan oleh sekolah, bahkan ada anak mengalami pelecehan seksual di situasi dan lingkungan pengungsian. Untuk kasus ini telah didampingi oleh lembaga yang rutin sebulan sekali datang ke pengungsian.
Sementara kegiatan pendidikan anak anak di area pengungsian berada di empat ruang. Ruang PAUD, TK, Dan dua ruang kelas SD yang digabung untuk kelas I, II dan III serta ruang satunya lagi untuk kelas IV, V dan VI. Untuk SMP dan SMA lokasi diluar kamp pengungsian. Beberapa anak juga disekolahkan di pesantren berada di luar kota.
Selain sekolah formal, anak anak juga mengikuti kegitan madrasah pada pk. 13.00 s.d. 14.00. Di sore hari ada pengajian untuk anak anak dimulai pk. 15.30 s.d. 16.30. Setelah Isya anak anak belajar bersama di lantai lima dengan didampingi LSM Akarteki.
Di hari Minggu anak anak belajar didampingi relawan dari Mahasiswa Universitas Surabaya. Ibu-ibu mereka setiap malam Sabtu ba’da isya belajar calistung dengan didampingi Ibu Fitri salah satu pengungsi yang menjadi guru mereka. Terakhir malam Jum’at ada tahlil dan yasinan di lantai 4.
Ibu Puji yang datang beserta Pak Agus Ibrahim dan Ibu Tini Sumartini menyampaikan meski tinggal di pengungsian anak anak harus tetap semangat, oleh karena itu tema Hari Anak Universal ini mengajak kita semua kembali membangun semangat semua anak anak yang sampai saat ini masih hidup di pengungsian. Pemerintah melalui Dinas Sosial Jawa Timur terus memperbaiki pelayanan terutama kepada pendidikan dan kebutuhan anak anak dipengungsian.
Ilma Sovri Yanti dari Kepala Sekretariat Satgas Perlindungan Anak dilokasi menyampaikan, dampak kejadian tersebut membawa anak anak menjadi agresif ketika melihat orang lain. Hal tersebut belum hilang, sampai orang tuanya menyampaikan bahwa yang datang adalah saudara mereka. Saat kekerasan itu terjadi terlihat dimata anak anak dan mereka mengalami langsung bagaimana kisah miris itu terjadi. Salah satu pendamping mereka mengatakan, anak anak masih suka timbul kangennya akan kampung. Menangis menanyakan mengapa harus berpisah dengan saudaranya yang lain serta banyak sikap ketidak puasan anak dalam menyampaikan protesnya karena merasa tidak nyaman tinggal di pengungsian. “Walau sekilas terlihat anak menikmati permainan disekitar rusun dengan wajah wajah ceria, trauma itu masih ada dan itu harus dipulihkan total agar tidak mengganggu tumbuh kembang anak”. ungkap Ilma. Ilma yang sempat dua malam tinggal di pengungsian dapat merasakan kesulitan dan keterbatasan yang dialami mulai dari faktor kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih, penerangan yang terbatas, lokasi bermain anak serta berbagai fasilitas yang masih belum ramah anak tak luput dari penglihatan Ilma. “Saya merasakan bagaimana kondisi disini, dan luar biasa mereka (pengungsi) dapat sabar menjalaninya hingga saat ini”
“Kita berharap banyak orang yang memberi perhatian terhadap tumbuh kembang anak anak kita di pengungsian.”
Semoga momen Hari Anak Universal tahun ini dapat menyadarkan banyak pihak untuk tidak melibatkan anak dalam konflik apalagi stigma melekat pada anak yang tidak tahu persoalan yang terjadi membuat anak tercerabut hak hak nya hingga merugikan bangsa ini kedepannya. mari kita berdoa untuk anak di pengungsian.