Home / KBAI Reportase / Hari Anak Internasional: Dunia Pekerja Butuh Keberpihakan

Hari Anak Internasional: Dunia Pekerja Butuh Keberpihakan

Hari Anak Internasional yang dirayakan setiap 20 November memang sedikit berbeda, tidak ada perayaan melibatkan banyak anak. Karena dunia sedang meminta peran keluarga dalam mencegah penularan Covid 19.

Namun di keluarga muncul situasi baru, penularan dicegah melalui pemusatan peran keluarga, namun juga beriring dengan kasus kekerasan anak yang tidak bisa di cegah, karena kemampuan keluarga yang terbatas. Disanalah ancaman para orang tua yang harus menjadi perhatian dunia pada perayaan Hari Anak Internasional. Bahwa tumpuan dunia pada figur perlindungan anak membutuhkan perhatian, jelas Kak Seto dalam rilisnya

Kak Seto merasakan bagaimana kasus kekerasan anak yang terlaporkan ke Lembaga Perlindungan Anak Indonesia yang di pimpinnya mendominasi masalah keluarga. Peran yang tidak bisa dibagi orang tua tersebut menimbulkan berbagai permasalahan. Satu sisi tantangan keterampilan menghadapi anak selama 24 jam, dan kebutuhan anak yang tidak bisa di tunda. Terutama pendidikan, pengasuhan dan pemenuhan makanan yang ramah anak. Karena anak anak mengalami kejenuhan dengan figurnya. Hal ini yang menjadi sorotan serius LPAI.

Ia melanjutkan, seperti membawa tugas belajar anak anak dalam dunia kerja, menjadi hal baru dunia. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Lalu sejauh apa dunia melihat perubahan peran orang tua, apakah dunia kerja akan lebih ramah dengan perubahan pola kehidupan keluarga selama pandemi, atau membiarkan saja situasi tersebut. Sedangkan lembaga pendidikan, lingkungan dan masyarakat merasa jauh dalam menjangkau permasalahan keluarga. Karena merasa masalah anak masalah pribadi keluarganya.

Saya kira para orang tua di dunia sudah melakukan banyak peran untuk anak anak dalam melawan atau mencegah penularan, tapi yang kurang berhasil adalah menghadapi anak anaknya 24 jam, yang memang tidak mungkin dilakukannya.

Sehingga anak anak di dunia sebenarnya berada dalam kurang perhatian. Karena bagaimanapun setiap hari anak anak menghadapi masalah mereka. Disisi lain ketika tidak bisa di penuhi menjadi sumber mengundang berbagai kejahatan anak dalam jebakan situasi yang tidak diinginkannya.

Peran perlindungan anak secara umum biasanya terbagi dengan Negara melalui penyelenggaraan pendidikan, pemerintah melalui peran penyelenggaraan perlindungan dan swasta melalui penyediaan pendapatan yang layak bagi keluarga.

Namun ditengah setiap hari anak memiliki masalah, sebenarnya peran orang tua sudah direbut pihak ketiga. Dengan figur baru yang di idolakan anak anak. Di sisi lain ada pihak pihak yang memperhatikan anak dengan idola barunya yang siap melakukan groming di social media mereka atau bahkan langsung membawa mereka dalam perlakuan salah.

Inilah yang menjadi fenomena baru laporan kekerasan yang diterima LPAI di masa pandemi. Ketika peran itu sudah tidak bisa dibagi dari rumah, pendidikan tidak bisa mengawasi dan lingkungan juga tidak mengawasi karena konsekuensi penetapan protokol kesehatan. Namun ada ancaman kegagalan perlindungan yang tidak bisa dicegah.

Kak Seto mengingatkan salah satu yang harus kembali di kuatkan adalah menciptakan perlindungan dari terdekat anak. Mereka yang berwenang di tingkat lokal perlu menghidupkan kembali peran perlindungan anak, agar para orang tua tidak merasa sendirian. Tentu dengan menugaskan sumber daya pendidikan kita seperti kakak kakak mahasiswa, kakak kakak di forum anak KPPPA, kakak peksos Kementerian Sosial, kader PKK Kemendagri, kader kader Posyandu Kemenkes, ibu ibu KOWANI di jejaring bawah, LPA, KPAD, P2TP2A, para Polisi Ramah Anak dan penggerak lainnya di masyarakat untuk bekerjasama. Upaya bersama ini perlu keberpihakan. LPAI menamakannya dengan SPARTA yaitu Seksi Perlindungan Anak tingkat Rukung Tetangga.

Fenomena kekerasan dari rumah selama pandemi yang kita saksikan harus dihentikan, tidak bisa di di biarkan begitu saja, karena berbagai kebijakan pembatasan yang berakibat kurang perhatian dan merasa itu bukan menjadi bagian kerja kita, padahal itu dihadapi setiap orang tua.  Selamat Hari Anak Internasional. Dunia harus lebih ramah dengan peran baru orang tua.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: