Diskusi (20/11) yang diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Kristen untuk Kesehatan Indonesia (PELKESI) di Hari Anak Internasional memotret kondisi anak anak disabilitas pada layanan kesehatan. Hal ini disampaikan Verdina Puspita, bahwa proses rehabilitasi dan habilitasi anak yang di ketahui mengalami disabilitas perlu jemput bola. Karena menjadi penentu masa depan anak anak yang terlahir disabilitas. Namun yang menjadi permasalahan utama tidak semua layanan kesehatan mengalami klinik tumbuh kembang. Untuk itu solusinya mengandalkan unit layanan fisiotherapy, namun justru seringkali rumah sakit dihadapi dengan keterbatasan SDM tenaga therapis.
Hal tersebut diamini Sunarman Sukamto dari Kantor Staf Presiden yang biasa di sapa Maman, ia menemui anak anak yang sudah belasan tahun yang ototnya sudah spastik atau kaku, dan berakhir seumur hidupnya bergantung pada orang lain. Penyebabnya therapy awal yang terlambat. Seharusnya mereka punya Jaminan Kesehatan yang lebih baik dan mendapatkan therapy.
Hal ini terjadi karena sedari awal tidak terkena layanan kesehatan, entah gizinya, therapy, entah sepatu khususnya, therapy wicaranya atau fisiknya, dan di Indonesia masih banyak anak disabilitas belum mendapatkan tumbuh kembang yang baik. Mereka memiliki orang tua, namun mengalami ketelantaran karena masalah pemahaman pendampingnya.
Seharusnya menurut analisa kami, anak anak itu perlu mendapatkan therapy sejak awal dalam hidupnya agar mandiri independen livingnya, tetapi ketika usia belasan karena tidak therapy, maka anak anak ini sudah terlambat. Padahal kalau dari awal di temui layanan kesehatan, anak anak ini bisa mandiri. Akhirnya dia bisa berpartisipasi di lingkungannya, pendidikan dan sosial. Sehingga bisa tumbuh kembang dan potensinya tergali, entah nanti menjadi atlit, atau seorang ahli yang lain, lanjut Maman.
Memang anak anak sejak diketahui dalam kandungan akan mengalami disabilitas, orang tua dan layanan kesehatan bisa menjadwal melakukan proses koreksi tubuh, agar mereka terselamatkan dari tumbuh kembang yang terlambat. Layanan anak disabilitas tentu dihadapkan pada kebutuhan khusus dan tumbuh kembangnya kedepan. Tidak mungkin anak disabilitas kemudian karena ketentuan layanan kesehatan kemudian melupakan hal utama pencegahannya.Dan ini menjadi beban sosial yang tidak perlu. Ini yang harus jadi kesadaran bersama jelas Ilma Sovri Yanti yang menceritakan pengalamannya saat bekerja di Yayasan Sayap Ibu Bintaro Jakarta Selatan.
Maman menggaris bawahi fenomena anak terlambat penanganan ini cukup serius. Kita menghadapi ragam masalah keterlambatan penanganan karena anak dirumah saja, kemudian faktor kemiskinan, merasa layanan kesehatan tidak bisa menangani. Sehingga tidak tersentuh sejak awal. Perlu upaya yang bersifat outreach atau penjangkauan untuk kelompok afirmasi atau kelompok rentan yang butuh layanan khusus. Pelayanan inklusif dalam konteks Human Right seperti yang disampaikan Presiden menjadi hal penting dalam pemenuhan hak disabilitas terutama anak anak disabilitas, bukan karitatif.
Dalam konteks Human Right kesehatan jadi sangat penting, kesehatan untuk semua (health for all). Untuk itu upaya layanan kesehatan dan inisiatif membangun layanan kesehatan yang lebih inklusif bagi anak disabilitas harus terus di dorong bersama. Maman melihat fenomena penanganan anak anak disabilitas yang terlambat, perlu menjadi perhatian agar pemenuhan hak anak disabilitas di layanan kesehatan mulai melakukan penjangkauan yang tidak terjangkau.
Sebelumnya, Siswadi Pembina Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia dalam membuka acara sangat menyambut baik apa yang dilakukan PELKESI. Dan ia merasa masih sangat sedikit layanan kesehatan kita membicarakan secara terbuka situasi layanannya. Layanan kesehatan perlu memperhatikan ragam layanan disabilitas terutama anak anak disabilitas, yang memang tidak bisa disamakan pada umumnya. Beberapa kali saya menyaksikan situasi anak disabilitas yang membutuhkan layanan kesehatan begitu juga ibu disabilitas yang membutukan layanan persalinan. Semoga inisiatif diskusi di Hari Anak Internasional ini melahirkan peta jalan baru dalam menyelamatkan anak anak disabilitas sejak dalam kandungan sampai tumbuh kembang yang bisa diselamatkan lebih awal.