Gempa Lombok: Dokter Aisyah Berkejar Menyelamatkan Sang Ibu Hamil

Ini kisah seorang dokter yang hidup menjadi relawan di tengah para pengungsi. Ia adalah Ibu dokter Aisyah. Bertugas di tengah guncangan Gempa yang bisa terjadi kapan saja, Aisyah merelakan dirinya dekat dengan pengungsi. Tak mengenal waktu, dalam situasi apapun merelakan dirinya melayani siapa saja.

Kisah itu berawal pas subuh, ia kembali dibangunkan warga. Kali ini harus menyelamatkan seorang Ibu yang dilaporkan sedang berjuang kelahiran anaknya di bawah tenda.

Kabar itu membuat ia terloncat dari tempat tidurnya. Motor itu langsung tancap gas, sampai disana bayi sudah dibawah paha ibunya dengan tali ari ari yang masih melekat. Tangan dan kaki bayi terlihat ungu, artinya harus segera dilakukan tindakan penyelamatan.

Saat itu juga saya minta bantuan warga untuk cari benang, karena tidak ada benang yang layak pakai akhirnya harus berfikir cepat dengan menggunakan kain tenun.

Dalam proses kritis dan upaya tindakan yang cepat, Aisyah harus berfikir juga, bagaimana memotong tali pusat tanpa bisturi atau gunting. Sebenarnya bisa saja memakai pisau yang ada, tapi itu ia tidak lakukan, karena khawatir pisau tersebut tidak hygienis. Bisa berakibat tetanus dan luka dalam. Akhirnya ia memutuskan memakai bambu, agar steril alat potongnya.

Akhirnya bayi perempuan itu selamat dan Ibunya dapat melalui masa kritis persalinan. Keberanian dokter Aisyah melakukan hal tersebut, membuat keluarganya menamakan bayi tersebut Aisyah Adha Relawani.

Dokter Mariya Mubarika kordinator relawan dokter NKRI Sehat menegaskan penting sekali setiap posko pengungsian memiliki krisis center, dimana dokter standby.

Saya memahami kondisi dokter Aisyah, melakukan tindakan darurat dan mengambil tindakan cepat penyelamatan ibu dan bayi. Juga kondisi yang tidak selalu ada fasilitas medis dan obat. Saya merasakan di Lombok 3 hari melakukan layanan pengobatan, sampai 2 kali membeli persediaan obat. Jadi kondisi tidak ada obatpun, kami tetap melayani. Dokter Aisyah menghadapi hal tersebut, ditengah keterbatasan tetap mengutamakan keselamatan nyawa.

Karena itu diharapkan para ibu yang hamil tua dan mendekati hari lahir, wajib melaporkan ke posko posko kesehatan terdekat. Agar prosesnya dapat diantisipasi, dan dipantau petugas kesehatan.

Untuk itu kami mengusulkan setiap posko memiliki krisis center kesehatan yang dekat dengan konsentrasi dimana pengungsi tinggal. Agar bila membutuhkan penanganan darurat, mereka sudah tahu lokasinya dan segera tertangani.

Saya kira recovery panjang di Lombok penting mendirikan mess klinik sementara, agar pengungsi merasa aman dan terjamin kesehatannya, tutup Mariya.

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *