Home / KBAI Reportase / WVI: Mencegah Terulangnya Tragedi Kanjuruhan Dari Perspektif Perlindungan Anak

WVI: Mencegah Terulangnya Tragedi Kanjuruhan Dari Perspektif Perlindungan Anak

Pentingnya Membacakan Safe Guarding Di Setiap Pelibatan Anak Dalam Kerumunan

Junito Drias, Advocacy and External Engagement Manager WVI menyampaikan pentingnya pembacaan Safe Guarding di kegiatan kerumunan yang tentu sering ada anak anak disana. Seperti ketika berada di pesawat sebelum take off, kita diberi panduan evakuasi, dan kesiapan petugas yang memandu. Sehingga mereka siap, jika ada situasi darurat, sebelum menggerakkan penumpang. Hal ini juga yang diharapkan bisa di usulkan di pertandingan olahraga.

Seperti zoom kali ini, ada baiknya kita membaca contoh, dalam setiap kegiatan WVI dalam memberi kesiapan anak, kemudian merasa aman dan nyaman.

Dalam setiap kegiatan WVI kamii selalu membacakan Safe Child Guarding, meski kami tahu semua peserta dan narsum sangat baik, namun untuk peserta anak butuh lingkungan yang mendukung dan nyaman mereka untuk aktif di ruang zoom inim agar mereka bisa mengeluarkan pendapatnya secara baik. Juga mengingatkan do and don’t buat kita semua, agar anak bisa menyampaikan pendapatnya dengan aman dan nyaman, serta dengan ruang yang menfasilitasi dan membantu mereka untuk berbicara

Karena didalam ruang zoom ada perwakilan narsum dari supporter Surabaya dan Jakarta, maka perlu protokol perlindungan anak yang bisa di pahami bersama, dalam menyampaikan pendapat diruang zoom. Baik supporter anak maupun dewasa

Kami tidak mentolerir segala bentuk kekerasan untuk anak, jadi tidak ada ruang dalam segala bentuk tindakan, verbal, melalui daring atau luring yang dikategorikan kekerasan anak

Kami melaksanakan mandate Konvensi Hak Anak, dan Konstitusi UUD 45 pasal 28 d juga Undang Undang Perlindungan Anak yang memandatkan melindungi anak dalam semua aktifitas

Penilaian resioko dan langkah pencegahan, menjadi lebih di utamakan

Kami juga mendorong partisipasi anak yang aman dan nyaman, aktif, berdaya, dalam melindungi diri sendirii dan berkontribusi dalam perlindungan anak. Dengan mengikuti prosedur, kebijakan dan perUUan yang berlaluku

Oleh karena itu, maka tidak diperkenankan mengirimkan apapun yang mengandung pelecehan, pronografi, dll. Tidak mennggunakan tulisan, kata, komen yang menyindir, suku agama ras dan yang tidak dipahami orang dewasa

Tidak memberikan informasi pribadi, nama, alamat rumah, sekolah dan akun medsos. Satu sama lain harus baik, sesuai etika, mohon tidak memperlakukan menyepelekan atau melecehkan

Oleh karena itu, di ruang zoom ini baik luring dan daring, segala kutipan, kata, pembicara, akan diambil dan di dokumentasikan. Setiap orang bertanggujawab dalam mengajak anak nyaman dan terlindungi. Kalau adik adik disini merasa tidak nyaman, atau diperlakukan tidak baik, atau menduga, mendengar, bisa lapor kepada kami di WVI 021 33050694

 

Kebijakan PSSI Bicara Perlindungan Penonton Yang Utama

Kalau kita bicara anak, tidak tangung jawab petugas pengamanan saja, karena di UU PA (perlindungan anak) juga ada tanggung jawab masyarakat. Kami ingin mendorong satu hal, kita tahu tragedy kanjuruhan, dan WVI menyampaikan rasa duka mendalam, dan negara secara terbuka membuka kasus ini seluas luasnya, dan kita tahu bagaimana memperbaikinya

Salah satu perbaikan yang kami dorong, adalah keselamatan, keamanan anak dan perempuan yang merupakan kelompok rentan dimuka umum

Selama ini media mengangkat peraturan FIA dan Polisi, tapi ternyata, peraturan PSSI ada pernyataan tentang keselamatan dan keamanan, termasuk pelarangan senjata pengurai massa. Disana dimandatkan panitia penyelenggara membuat dokumen kebijakan dan keselamatan sebelum acara itu dibuat.

Saya jadi bertanya tanya , seberapa sering panpel sepakbola atau kegiatan keramaian punya ini, dan seberapakah kritis bertanya atas kebijakan ini

Kalau ijin keramaian akan tentu akan banyak syarat administratif, tapi yang tidak pernah ditanya adalah kebijakan dan keselamatan. Pada aturan PSSI yang disyahkan pada 2021. Dan sana juga disampaikan bahwa diluar stadion juga disampaikan, keselamatan manusia proiotirtas manusia, yang ditekankan untuk pemilik dan pengguna stadion, meski tidak spesifik menyebut anak, tapi sudah include perlindungan anak didalamnya, seharusnya

Kalau balik ke regulasi di keamanan penonton, bahkan di aturan PSSI pasal 4e dinyatakan mengkoordinasikan prosedur untuk menampung semua penonton anak, perempuan, disabilitas, lansia, keluarga dan anak anak. Termasuk disana menyatakan untuk untuk keluarga tim tamu.

Artinya memang dimandatkan ada, tapi kemana semua kebijakan keselamatan itu, sehingga harus menunggu 133 meninggal yang 25% nya adalah anak anak. Bahkan masih puluhan di rumah sakit, dan lebih banyak lagi yang dirawat di rumah. Ini tragis sekali

Kalau ada suatu kejadian, anak anak dan perempuan menjadi korban, maka kami meyakini, ini adalah indikator sebuah acara tidak aman, begitu juga di konser musik, atau penyelenggaraan PRJ. Bahkan konser konser Kpop, punya tidak kebijakan dan keselamatan anak, padahal dimandatkan, apalagi ada saja korban tersembunyi dari akibat pertunjukkan, seperti eksistensi yang akut pada anak, dan mengangu tumbuh kembang, sehingga penting posisi public figure yang menyelenggarakan pertunjukan paham dan mengerti ini.

Demikian juga UU 11 2021 itu bahkan mewajibkan jaminan keselamtan dan keamanan. Ini ada, tetapi tidak ada, regulasinya ada, tapi kemana itu semua.

Inilah yang menjadi dasar kita, dan teman teman media mendorong aturan ini dan tidak hanya diatas kertas. Kita tahu sebabnya dan ini harus diperbaiki

Kalau boleh terlebih dahulu kita ke dr gigi tessa, tapi kali ini, dr tessa adalah supporter bola sejati,

Aku selalu bersama anak perempuan ku di Stadion, sebenarnya was was

Kalau ditanya ke stadion, ada rasa was was, atau tidak, saya katakan ada, tapi karena hobby saya mendapatkan healing saya disana, melepas penat dan suka bola. Kalau perempuan yang lain mungkin ke mall, iya sama dampak yang diinginkan, tapi kalau saya ya ke stadion sepakbola

Saya memang supporter persija, tapi Tidak hanya nonton persija. Karena ingin tahu setiap kota seperti apa atsmosfernya. Menurut saya yang ada rasa aman hanya di GBK, yang satu satunya stadion saya tenang bawa anak, karena saya ke stadion selalu bawa anak perempuan saya.

Yang kalau distadion lain, tidak merasa aman. Artinya saya menempatkan, selalu menjadi orang terlemah di stadion dan bawa anak perempuan, saya menempatkan diri terlemah

Mengantisipasinya, saya 5 jam sebelum mulai pertandingan sudah samapi. Saya inspeksi dan melihat stadion, bahkan berkali kali, agar tahu kalau ada situasi darurat. Dan saya menanyakan sejak awal ke petugas atau security, kemudian saya kenalan, bertukar nomor hp, lalu posisi ambulance dimana, siapa yang bertugas, saya kenalan seperti itu.

Dan saya cukup sering pulang nebeng ambulance, karena sering chaos. Jadi saya juga persiapan bawa odol, seperti yang terjadi saat di stadion Bantul dan stadion Rembang. Penyebabnya chaos karena miskomunikasi kalau saya lihat, sehingga chaos

Karena supporter kalau boleh saya bilang tidak dianggap federasi, ya sudahlah, ada anggapan kalau tidak di apa apain, ya tiket habis kok, dan manusia yang paling remeh di sepakbola adalah supporter.

Ketika ditanya, bahwa korban anak dan perempuan di Kanjuruhan ada 65% , Tessa menjawabnya tentu semakin was  was, karena sebagian besar korbannya anak anak dan perempuan, saya jadinya kalau tidak dibenahi kemanan dan infrstruktur stadion, kemungkinan akan terjadi lagi.

dr syifa Mustika pendiri posko crisis center NU di Malang yang juga merupakan dewan pengawas RSUD Kanjuruhan menyampaikan pada saat kejadian saya tidak incharge langsung di stadion, tapi saya menghandlle mereka yang masuk di rs. Yang meninggal, dan tahu kondisinya

Yang bisa saya sampaikan, pertama stadion over crowd, harusnya 30 ribu, 42 ribu lebih. Pada saat keriuhan kerusuhan itu. Mulai dari escape system, crowd pengarahan dan penanganan massa, tidak berjalan sebagaimana amestinya, sebelum melaksanakan situasi kedaruratan, protocol kedaruratan ketika dijalankan tidak ada pengumuman atau antisipasi, dalam memandu sikon

Pintu pintu keluar dibuka lebar lebar dan terbatas, dan hanya setengah dan tertutup.

Sudah menjadi hakekatnya anak dan perempuan menjadi rentan, compare to pria, mungkin juga panik, ditambah gas air mata dan sebagainya, takut, saat menuju acces point jadi tumpukan, desakan, maka anak dan perempuan lah yang jadi korbannya

Keselamatan saat itu, adalah yang paling kuat bisa selamat. Bener bener pokoknya, ya memang ada yang bantu, tapi siapa yang kuat dan bisa mengeluarkan diri

Saya mendengar cerita cerita pasien, misal ada yang membantu sesama perempuan, ada cowok selamat, itu dok yang cedera otak berat, perempuan yang tidak sadar itu, tadi disamping saya, korban berada di tumpukan ketiga dan berada diatasnya ada tumpukan lima orang lago, jadi terbayang situasinya ketika ada perempuan dan anak

Sejurjurnya tidak ada, secara umum juga kurang, pendapat saya, apalagi khusus utk anak dan perempuan. Banyak faktor, kejadian ini seharusnya tidak terjadi, kejadian ini harus bisa diprediksi. Karena saya yang di malang tahu, setiap jelang Derby nya saja sudah sangat panas, dan tidak boleh ada supporter Surabaya yang masuk, warning signnya sudah jelas

Sebenarnya keluarga sangat having fun menonton sepakbola, banyak yang having fun, ini malam minggu, acara keluarga, mereka bisa membawa bapak, ibu, anak, kakek, nenek, bahkan menantu, dan pasien juga cerita ada yang merayakan ultah disana

Ketika dr Syifa Mustika ditanya soal mitigasi di stadion, menjawab sejurjurnya tidak ada, secara umum juga kurang, pendapat saya, apalagi khusus utk anak dan perempuan. Banyak faktor, kejadian ini seharusnya tidak terjadi, kejadian ini harus bisa diprediksi. Karena saya yang di malang tahu, setiap jelang Derby nya saja sudah sangat panas, dan tidak boleh ada supporter Surabaya yang masuk, warning signnya sudah jelas

Sebenarnya keluarga sangat having fun menonton sepakbola, banyak yang having fun, ini malam minggu, acara keluarga, mereka bisa membawa bapak, ibu, anak, kakek, nenek, bahkan menantu, dan pasien juga cerita ada yang merayakan ultah disana

Pada saat terjadi seperti itu, mitigas secara umum kurang, apalagi buat anak dan perempuan.

Sebagai yang saya sampaikan, saat melihat anak anak crdera dan jenazah itu, sebagian besar itu terkait dengan kekurangan oksigen, yang kemudian disertai, bisa jatuh, cedera kepala, itu tanda tanda nya mereka kekurangan oksigen. Bisa juga karena tertumpuk tumpuk tidak ada keseimbangan dan jatuh, karena ada beberapa patah tulang. Makanya ada yang sudah cedera otak berat ketika datang di RS. Jadi kondisi pasien ketika datang ada Luka berat, luka sedang, patah tulang dan meninggal di lokasi, bukan di RS.

Situasi di stadion, supporter yang keluar lebih awal, langsung ke RSUD Kanjuruhan, karena paling dekat dari stadion, baru setelah penuh ke RS lainnya, Kalau di estimasi lebih dari 60% korban anak dan perempuan masuk ke RS

Sekarang banyak media memberitakan kondisi supporter yang mata merah tidak hilang hilang, ini didapatkan karena efek gas air mata, dalam hitungan detik saat terpapar, terbakar dikulit, sesak nafas, dan jadi pingsan, lari panik, menuju titik keluar tadi, sementara sudah ada kerumunan, tertumpuk seperti itu, bisa juga bola mata tertekan saat desak desakan, ditambah memakai kacamata

Memang dampaknya, memang tidak langsung, istilahnya karena paniknya tadi, mengarah ke satu titik, sementara di titik itu sudah ada kerumunan, tutup Syifa.

Dalam diskusi zoom ini, kita juga meminta pendapat beberapa anak, salah satunya Rivaldo anak yang hadir di Zoom dari Sidodadi Jawa Timur menyampaikan “kalau  aku sih prihatin korbannya anak anak, bahkan separuh lebih, dan pintu keluarnya kabarnya dikunci, ada juga gas air mata, ada kekerasan kepada para supporter.. Nah yang paling parah, pintunya ditutup, akhirnya desak desakkan, dan jadi korban.”

Kalau menurut aku nonton di stadion sama keluarga tidak aman, karena bahaya itu disaat saat, harus cari tempat yang aman banget.

Kalau aku mengalami gas air mata seperti di kanjuruhan, lebih baik nahan gas air mata daripada berdesakan begitu. Berdiam diri aja, kalau aku sendiri, kalau aku mending berdiri dibelakang. Karena kalau lari ketempat keluar, berdesak desakkan, bisa jadi korban seperti itu, itu pengalaman saya. Mending nahan gas air mata pengalamanku

Kalau minta tolong aparat, kita takut om, karena supporter sering berhadapan kekerasan dengan aparat.

Untuk konser musik, tergantung sih, kalau konsernya seperti slow, bisa dibilang, aman aman saja, karena kebanyalkan cewe, jarang cowonya yang nonton. Begitu juga konser atau kerumunan, bisa lebih bahaya, ketika banyak orang, karena banyak yang pengaruh alcohol, Aku pernah nglamin sekelompok, temanku dibilang kayak ngolok ngolok, padahal tidak ngapa ngapain, akhirnya ribut, tapi aku nggak ikut. Itu karena alcohol.

Aku sih saran aja, ke depan, buat lah tribun buat anak, jaluir evekuasi buat anak, penting.

Kalau menurut ananda Bahrul Ulum, peristiwa Kanjuruhan “kalau menurut saya angka 65% korban adalah anak anak, itu tragis sekali sih memang. Menurut saya memang kurangnya koordinasi, seprti yang dikatakan bu Tessa. Kurangnya koordinasi antara keamanan dan aparat dalam mengamankan lapangan. Ya mungkin menurut saya, untuk apa sih, rusuh itu.

Pengalamanku dikerumunan, aku pernah, nonton grup musik Tipe X, pernah melihat dorong dorongan. Tapi kalau kalau datangnya bersama teman teman, aman, ada yang barengi, ada yang menemani, saya merasa aman.

Yang susah kalau waktu sendiri, takutnya ketika itu, musti di setiap band metal, ada kericuhan mesti itu, ditengah tengah permainan bang, saya takutnya, saya nggak ikut ikut, tetapi di dorong ditengah, dipukul, dan disangka saya yang mulai, karna itu saya alami dengan teman saya ketika menonton konser, pernah terjadi. Pulang benyok benyok wajahnya.

Padahal karena kejadian itu, nggak ngapa ngapaiin, ingin ke belakang, tapi di dorong seseorang, sampai kettengah dan tidak bsia escape, terjadilah tadi.

Usulan Drias,, penting keamanan dan kenyamnan, terutama untuk membatasi umur anak masuk stadion. Untuk memberikan batasan umur, agar mengantisipasi kejadian ini. Perhatian kebijakan dan keselamatan anak dalam kerumunan, termasuk mitigasi, evakuasi.

Misal apa satu ambulance sudah cukup, dengan kondisi stadion yang memang di prediksi penuh dan berlangsung panas atau rawan pertandingannya,

Meminta komitmen kepolisian untuk menegakkan aturan PSSI kepada kebijakan keselamatan dan kenyamanan anak, ini penting. Apalagi mirisnya, ada anggapan lebih baik mengurus diri sendiri kata anak dibanding ke petugas keamanan. Ini ironi. Petugas kemanan harus memiliki wajah baru dalam keamanan dan keselamatan di mata anak

Kami meminta Kementerian Lembaga lain untuk ikut membantu Kementerian Olahraga, memberi kapasitas kebijakan dan keselamatan anak. Ini masalah serius, kanjuruhan, jadi puncak baseline kita, jika dibiarkan tidak ada kebijakan, maka kita sudah terbayang dengan pesta politik ke depan, akan semakin banyak anak anak menjadi martir dalam alat politik, dan kerumunan.

Hati Hati Anak Anak Jadi Martir

Menurut Jasra Putra Komisioner KPAI, baik Undang Undang Perlindungan Anak, Aturan PSSI,  kemudian Undang Undang Keolahragaan saya kira, sudah cukup kuat, penonton menjadi pertimbangan utama untuk keselamatan, terutama penonton yang rentan seperti anak, perempuan, lansia, disabilitas.

Kedua, saya sebelum masuk memberi pendapat peristiwa Kanjuruhan, ingin flashback, bahwa KPAI tidak hanya mengawasi isu bola, juga melakukan pengawasan kerumunan, penonton dan massa anak dalam kegiatan politik, lebih dari 2 ribu anak terlibat di pilkada dan, di pilpres, bahkan puncaknya pilpres 2019, anak dilibatkan. Seperti kerusuhan di Bawaslu ada 4 anak korban, tapi sampai hari ini siapa pelakunya tidak ada yang ,mau betanggung jawab, tidak terbongkar

Isu demonstrasi, kerumunan, melibatkan anak anak di beberapa even, di pelibatan massa demo RKUHP, yang dalam catatan Mabes Polri, yang ditangkap lebih 500 anak, terjadi juga diaksi massa penolakan Omnibus Law, saat itu di Sulsel ada 200 anak ditangkap, karena melakukan tindakan pidana.

Kalau lihat faslh back itu, menyambung apa yang terjadi di Kanjuruhan, memang cukup banyak datanya, ada 33 data yang terlaporkan anak meninggal, kita belum tahu penonton 42 ribu, kita belum tergambarkan utuh pasca tragedi dari 42 ribu penonton, berapa banyak anak yang berada disana.

Koordinasi saya dengan KPPPA, Dinas Propinsi, Kabupatn dan kota. Hari kemarin saya kontak. Sampai sekarang, petugas kita masih disibukkan respon terkait pendampigan, rehabilitasi dan seterusnya

Ada 68 anak yang di assemen petugas, dan jumlahnya cukup banyak, dan meminta pada saya untuk kebutuhan pendampingan. Meski jaringan anak, dan Pergurutan Tinggi kita ajak, untuk deteksi situasi anak, namun cerita anak terus bermunculan, mereka turun di kec sekitar kab malang, ternyata masih banyak korban yang harus dijangkau, kepada dinasnya bilang pada saya masih butuh banyak pendamping, karena belum tergambar secara utuh situasi anak anak kita sampai hari ini

Kedua, dinas menyampaikan dalam laporan ada bertambahnya 3 anak yatim di kota malang, kita juga dilaporkan mereka yang masih dalam perawatan, luka berat dan luka ringan, begitu juga mata merah, tulang patah, trauma yang diperkirakan butuh pendampingan cukup panjang,

Informasi terbaru video yang tersebar, foto, dan video mendapatkan informasi yang tidak layak anak, menyebar kemana mana, dan menumbuhkan ketakutan anak, artinya ada 84 juta anak di Indonesia, yang tidak boleh dianggap biasa, ketika menonton mereka takut situasi itu.

Jadi tidak hanya disoal kanjuruhan, tapi juga duka anak anak indonesia

Belum lagi paparan kekerasan, paparan effect candu, seperti rokok, minuman keras, lumrah di pertandingan kita, judi, miras ini jadi temuan TGIPF, dengan temuan botol berserakan, bahwa efek candu menjadikan anak tidak aman dan nyaman di ruang kerumunan tadi

Meamang yang dibilang adik adik tadi yang pernah di stadion atau nonton konser itu, pernah saya merasakan, karena terlalu sering saya dilapangan, terjun langsung, bersentuhan dengan anak anak, pelibatan demonstrasi anak anak, saya hadir, dan adik adik kita jadi martir kerusuhan, kerusuhan itu anak anaik yang di depan, yang orang dewasanya sudah entah kemana, yang memicu demo.

Kenapa anak anak yang menjadi martir, jadi tameng utama melawan aparat, karena situasi ini dimanfaatkan orang dewasa, dalam memperoleh ‘dukungan politik’ keuntungan mengorbankan anak

Dalam konteks kanjuruhan kerja TGIPF, kita harus terus pantau, dan rekomendasi kita bisa masuk segera, bersurat, bagaimana mewujudkan kerumunan yang ramah bagi anak, soal infrastruktur ramah anak, SOP, seperti yang dilakukan WVI dengan membacakan sebelum acara tentang panduan acara, panduan safe child guarding, bisa ditiru untuk dibacakan sebelum pertandingannya, ada manajemen situasi darurat, ada petugas yang disiapkan sebelum protocol darurat.

Peristiwa ini bisa jadi penyebabnya karena sudah lama tidak kembali di edukasi, keselamatan dan kenyamanan hal penting, bisa juga kita perlu cek lagu lagu yang disampaikan supporter apakah mengandung potensi kekerasan, dan sudah biasa saja, antar pendukung mencaci maki, ketika kalah langsung membully, ini situasi yang terus berulang.

Dan dalan situasi ini anak anak terus terpapar, termasuk jadi korban industry bola, yang dikerumunan anak anak sangat takut, tidak bisa menentukan seperti orang dewasa, dan tidak tahu potensi serta ancaman, kita orang dewalsalah yang memastikan itu

Kita membayangkan keterpaparan itu, bahasa tidak sopan, bahasa perundungan, rokok, industrijudi, miras, dan yang membawa situasi anak anak dalam kekerasan. Ini dibiarkan secara terus menerus

Dalam kasus kanjuruhan harus evaluasi lebih jauh, selain penegekan hukum, bgmn olahraga bola ini olahraga keluarga. Apakah hasil audit infrstruktur bisa merekomendasikan ada tribun anak dan keluarga.

Sehingga ketika ada kerusuhan ada perlindungan, termasuk melatih para petugas kita, supporter, pengelola, pemain, untuk melihat, ketika terjadi perlindungan dalam situasi khusus, anak anak menjadi perhatian utama, termasuk aparat kita menjadi perhatian khusus dalam pengamanan juga.

Peristiwa Kanjuruhan ini adalah sambungan dimana anak anak sudah terbiasa dilibatkan kegiatan kerumunan yang tidak memperhatikan aspek aman, nyaman, partisipasi, menyampaikan ekspresi dan pendapat pada berbagai aktifitas yang mengundang kerumunan, terutama yang kampanyenya panjang seperti pada kampanye Pilkada, Pilpres, tapi dengan medsos dan fenomena buzzer, tentu waktu kampanye tidak terbatas, dan lebih sulit di kontrol.

Check Also

Caper Lo: Hilangnya Apresiasi Di Masa Remaja

Seringkali kita mendengar remaja kita, membully secara psikologis dengan sebaya, dengan kata Caper Lo!!!. Padahal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *