Foto Komisi VIII DPR RI bersama anak anak Panti Mambaul Bayan Lombok Utara

193 Anak Panti Mambaul Bayan Ingin Segera Bisa Normal Sekolah

Kerusakan asrama dan sekolah di Panti Mambaul Bayan menyebabkan anak anak tidak bersekolah selama sebulan. Situasi memang tidak normal, sehingga anak anak masih sulit berkontrasi, beberapa anak masih enggan menghadapi malam, karena masih takut. Sehingga anak anak lebih memilih berkumpul dan istirahat di ruang terbuka.

Menerima kunjungan Komisi 8 DPR RI, Kamah Widiarto sangat bersyukur. 40 anak yang mengikuti acara tersebut juga diajak berdialog. Apa yang kalian rasakan dan harapkan jelas Budiman, kepada anak anak yang hadir. Ada 4 anak yang menyampaikan perasaan dan harapannya kepada 3 pimpinan Komisi 8 DPR RI yang Kunker ke panti mereka. Setiap mengeluarkan pendapat, mereka diapresiasi dan diberi semangat untuk mewakili teman temannya menyampaikan hak partisipasinya.

Kamah menceritakan Gempa itu telah menyebabkan anak kami di amputasi jari jarinya. Malam kejadian itu kami meminta orangtua, saudara dan masyarakat menjemput anak anak mereka. Namun sudah seminggu anak anak kembali ke Panti dan tinggal di Hunian Sementara yang dibuat Panti.

Ada 70 anak didalam panti dan 123 adalah asuhan keluarga. Dalam dialog tersebut, semua anak senada ingin sekolahnya segera terbangun kembali. Bahkan ujian sudah deket untuk kelas 12, kata Lina Fitriani.

David Ardiansyah salah seorang anak panti mencoba meyakinkan dengan menyampaikan, Jadi kami disini sangat sangat membutuhkan bantuan bapak ibu plungguh sami. Karena pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting, dimana kalau tempat bangunannya neggak mumpuni, berarti otomatis, berarti kami semua tidak full untuk belajarnya, untuk proses belajarnya. Karena pendidikan adalah suatu, sekolah adalah suatu pendidikan yang sangat untuk membuat karakter manusia untuk jaman yang akan depan.

Budiman Sudjatmiko menyampaikan situasi anak anak panti berbeda dengan mereka yang masih ada dukungan keluarga. Untuk itu wajib kita memikirkan mereka. Hal ini diamini Diah Pitaloka dan Alfia Reziani

Dalam kunjungan tersebut, anggota dewan melihat kelas anak anak yang berada di ruang terbuka dengan di kelilingi pohon rindang, ada 2 ruang kelas yang dipisahkan oleh kain berwarna putih yang seolah olah menjadi dinding pemisah kelas.

 

Check Also

Alat Kontrasepsi, Perdebatan dan Kekhawatiran Nakes

Dunia jagad pendidikan kita, baru saja diramaikan perdebatan alat kontrasepsi. Hal itu terjadi karena pencantuman …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *