Home / KBAI Reportase / Era New Normal dan Harapan Anak

Era New Normal dan Harapan Anak

Wacana pemerintah mendorong usia 45 tahun tetap berproduktifitas, meninggalkan pesan agar anak anak dan remaja kita kembali beraktifitas seperti sedia kala. Namun ada prasyarat yang harus dipatuhi, agar itu bisa terlaksana. Yang intinya meminta setiap orang tidak menularkan, karena virus korona dibawa oleh orang yang tidak pernah terdeteksi sakit.

Tentu setiap orang unik dan memiliki kebutuhan khusus dengan segala kerentanan ‘pernah sakit atau mengalami sakit’ sehingga sangat berhati hati. Ada 3 kondisi utama yang membuat manusia membatasinya, bertemu orang dan bagaimana disituasi apapun tidak tertular serta menjaga diri tidak sakit. Namun 3 pilihan itu membawa trauma, karena setiap insan rentan terserang sakit tertentu dan semua sakit umumnya membawa gejala awal yang serupa dengan gejala reaktif Covid 19.

Kembali ke anak, membicarakan anak ada 2 hal mendasar di era covid, pertama anak yang terpapar dampak covid dan kedua anak yang positif covid. Meski data BNPB menyatakan sangat sedikit anak yang positif covid. Namun diluar itu kondisi anak anak menjadi dampak ikutan dari Covid. Dengan semua pemenuhan hak mereka yang tertutup dan dibatasi di era Covid 19 ini.

Kita menyadari, anak tidak bisa membela dirinya sendiri. Akibat masa tumbuh kembang mereka secara kognitif, emosional dan pengetahuan yang masih butuh panduan dan figur atau contoh. Ancaman diluar mereka dengan penyebaran Covid 19 belum sepenuhnya menyadari dan bisa berdisiplin dengan itu. Karena masa pertumbuhan mereka membuat mereka tidak bisa dibatasi dalam memahami sesuatu. Ketika dibatasi, umumnya anak akan melawan, karena tidak sesuai kebutuhan perkembangan mereka.

Belum lagi kebutuhan tumbuh kembang anak yang tidak mungkin dikurangi, seperti imunisasi, bebas stunting, terpenuhi gizi, pendidikan, kesehatan, ekonomi sebagaimana kebutuhan anak sepenuhnya yang tidak boleh terlupakan sedikitpun.

Era New Normal untuk anak, mau tidak mau harus membicarakan ‘mengurangi ancaman Covid buat mereka’. Wacananya pun tidak produktif untuk diperdebatkan, karena arahnya lebih ada kebutuhan khusus dan pendampingan yang harus disiapkan orang dewasa.

Tarik menarik perdebatan dalam anak beraktifitas kembali di era Covid adalah bicara penyediaan fasilitas untuk mereka ketika terpapar, terdampak, tertular bahkan positif Covid 19. Apakah semua fasilitas anak, baik di sekolah, rumah, ruang publik sudah menyediakan kebutuhan dasar itu. Ketika anak sakit di era new normal akan dibawa kemana, atau ketika yang positif dinyatakan banyak, referral atau rujukan apa yang harus kita siapkan.

Untuk itu percobaan new normal untuk anak mensyaratkan ujicoba dan penyediaan fasilitas penunjang tidak tertularnya yang harus dilengkapi. Atau ketika tertular ada layanan terdekat yang segera dapat mencegah penularannya lagi. Apakah sekolah kita siap, apakah fasilitas anak diluar sana siap.

Percobaan ini mensyaratkan kedisiplinan yang ketat. agar ujicoba aktifitas anak dan remaja di era new normal bisa diukur. Atau pemerintah memulai dari kajian yang ada, dari anak anak yang sudah positif Covid, barisan pertanyaannya darimana mereka bisa terkena positif covid, siapa yang menularkannya, dimana perlindungan yang salah, dimana letak ketidakpedulian kepada anak anak sehingga terkena Covid 19.

Era pendemi Covid 19 ini sangat dinamis, dengan berbagai data dan survey yang muncul kita bisa menilai langsung kedinamisasiannya tersebut. Terakhir survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia, di fase awal awal Covid dengan menyatakan rekomendasi tentang kebosanan anak belajar di rumah dan kemudian ada survey melalui googledocs tentang 9000 anak yang ingin kembali sekolah lagi. Artinya dinamisasi itu terjadi di dunia anak, setelah mereka menilai peran orang tua selama menjadi guru segala mata pelajaran, kemudian membandingkan dengan peran sekolah.

Kajian awal ini menjadi penting, untuk study awal memulai era new normal buat anak anak dan remaja kita. Sehingga ujicoba New Normal di semua aktifitas anak dapat dikendalikan dan diukur dengan baik. Sampai benar benar siap era New Normal sepenuhnya.

Check Also

Mari Praktekkan Mudik Inklusi

Ilma Sovri Yanti Inisiator Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD) menyampaikan memang pergerakan penumpang cenderung …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: